Menyusul Pemberian Gelar DHC, Emil Salim Gelar Orasi

Loading

Laporan: Redaksi

Gumilar Rusliwa Somantri

Gumilar Rusliwa Somantri

DEPOK, (Tubas) – Pemberian Gelar Doktor Honoris Causa (DHC) kepada Raja Saudi Arabia menjadi puncak kegagalan Gumilar Rusliwa Somantri dalam mengemban jabatan sebagai Rektor Universitas Indonesia (UI).

Pemberian gelar itu menuai protes keras dari berbagai kalangan civitas akademika UI dan menjadi sorotan berbagai media cetak karena dianggap tidak meminta izin Majelis Wali Amanat (MWA) yang akhirnya dibawa ke mimbar bebas dalam acara halal bi halal yang digelar Fakultas Ekonomi UI Depok, Senin (5/9). Acara yang dimulai pukul. 09.00 WIB dibuka dengan orasi ilmiah oleh Prof. Emil Salim dengan thema “Membangun Tata Kelola UI Berhati Nurani”.

Dalam Orasi ilmiahnya Emil mengatakan UI harus tetap menjadi mercusuar kemandirian moral sesuai roh yang diembannya selama puluhan tahun di Indonesia yang kemudian menciptakan sebuah tagline “UI is not for Sale“. Dalam acara ini juga hadir sejumlah guru besar UI dari berbagai fakultas, karyawan, mahasiswa dan aktivis lembaga swadaya masyarakat.

Sebenarnya rasa kecewa terhadap tata kelola UI merupakan isu utama yang dibahas dalam acara ini, namun konflik pemberian gelar DHC UI adalah puncak gunung es dari segala permasalahan dan polemik yang ada di UI. Sehingga membuat gerah para civitas akademika UI.

Para civitas akademika menginginkan pola manajemen UI yang transparan, akuntabilitas dalam pelaksanaan, partisipasi dari para penopang kepentingan universitas, berkembang subur system checks and balances dalam pengelolaan universitas dan tumbuhnya suasana kreativitas bebas dari rasa ketakutan untuk berbeda pendapat dalam kampus universitas.

Sedangkan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI atas nama segenap mahasiswa juga memberikan poin-poin tuntutan yang menjadi sorotan yaitu revitalisasi payung hukum UI, tranparansi dan akuntabilitas keuangan di UI, optimalisasi Renstra pembangunan fisik UI, perbaikan sistem jalur masuk, perjelas status ketenagakerjaan di UI, tingkatkan kualitas pelayanan kemahasiswaan dan fasilitasnya.

Sedangkan yang keduanya adalah memiliki visi dan misi yang sama yaitu perbaikan sistem tata kelola kampus (good governance), bukan untuk menggulingkan sang rektor dengan membawa isu ini ke permukaan.

Orasi Emil mendapat sambutan yang meriah dan tepuk tangan dari semua hadirin yang memiliki semangat perjuangan untuk mengembalikan UI sebagai kampus rakyat. Dalam acara itu juga berbicara perwakilan dari setiap fakultas yakni Ketua MWA unsur mahasiswa Andreas Senjaya, Ketua Umum BEM UI Maman Abdurakhman, perwakilan dari Migrant Care dan beberapa guru besar UI serta aktivis untuk menyampaikan semua uneg-unegnya atas segala kecarutmarutan yang terjadi di UI antara lain dengan dibangunnya Perpustakaan Pusat The Crystal Knowledge, sistem BOP-B yang pincang, semakin tersisihnya rakyar miskin dari dunia pendidikan UI karena mahalnya BOP, upah office boy UI yang berada di bawah UMR Depok, kebijakan-kebijakan lainnya yang bersifat pribadi serta sentralisasi kampus. (dini)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS