Merana

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

ZAMAN dulu pernah ada judul lagu “Merana” dan termasuk lagu yang pernah hit pada zamannya. Merana adalah ekspresi fisik dan kejiwaan seseorang karena ketidakberhasilannya mengelola kehidupan. Ekspresi tersebut kira-kira campur aduk isinya. Ada perasaan sedih, duka lara bahkan ada unsur frustasinya. Merana ditinggal sang kekasih yang paling dicintainya. Merana karena di sepanjang hidupnya selalu meratapi hal yang dianggapnya tidak mendatangkan keberhasilan bagi kehidupannya.

Merana itu, apakah dia akibat dari suatu perbuatan, atau sebuah fatamorgana kehidupan, atau hanya sebuah perasaan luapan emosional dan bersifat ilusi belaka. Yang pasti, kita tidak mau hidup merana. Kita tidak mau menjadi bangsa yang merana. Kita ingin menjadi orang yang hidupnya selalu sejahtera dan juga tidak rela kalau bangsa ini menjadi bangsa yang merana.

Kita ingin menjadi bangsa yang maju, sejahtera dan makmur untuk kepentingan dan kemaslahatan bersama. Mari kita semangati diri kita masing-masing dan kita semangati bangsa ini agar kita terjauhkan dan terbebas dari hidup yang merana.

Sangat naif dan tidak masuk akal kalau orang mampu atau bangsa yang kaya, hidupnya merana atau berpotensi menjadi hidup yang penuh dengan kemeranaan. Kalau sampai terjadi, berarti ada yang salah dalam hidup ini dan oleh karena itu harus ditelusuri penyebabnya dan dicarikan jalan keluarnya agar kita tidak dihinggapi penyakit merana.

Lepas dari itu semua, sepertinya kemeranaan tersebut lebih pas terjadi karena ulah kita sendiri atau dengan kata lain, merana itu terjadi sebagai manifestasi dari hukum sebab akibat. Hidup royal, boros, tanpa penuh perhitungan, bisa berpotensi terhinggapi penyakit merana. Tidak pernah mensyukuri nikmat dan karunia Tuhan, juga bisa berpotensi hidup serba merana.

Maka dari itu, jadilah insan dan bangsa yang pandai mensyukuri nikmat atas segala karunia yang Tuhan telah berikan kepada kita sebagai orang seorang maupun sebagai bangsa yang sejak kita lahir dan bangsa ini ada, telah banyak diberikan nikmat berupa sumber daya alam yang melimpah.

Kita kelola bersama dengan benar dan bertanggungjawab sumber daya alam yang kita miliki untuk sebesar-besarnya dipergunakan guna kemakmuran bersama supaya kita tidak hidup merana. Moralitas, integritas dan kapasitas intelektual kita harus kita dedikasikan secara ikhlas, jujur dan bertanggung jawab untuk mengolah dan mengelola sumber daya kita, agar kita semua tidak dihinggapi wabah “Merana”.

***

Biarlah yang merana itu hanya terjadi di sebuah lagu saja dan harus kita hindari supaya tidak terjadi pada kehidupan kita dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Harus kita hindari karena kita tidak mau dibilang bangsa yang gagal atau negara yang gagal.

Apa langkah dan tindakan yang harus kita lakukan agar kita sebagai pribadi, keluarga atau bangsa tidak menjadikan hidup ini “merana”? Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan antara lain:

1) Mari kita perbaharui terus menerus hidup kita tanpa pernah berputus asa dan songsonglah hari esok penuh optimisme untuk meraih kebaikan dan kebahagian hidup, baik di dunia maupun di hari kemudian dan bermanfaat bagi kehidupan bersama.

Oleh karena itu, segala sesuatu yang berpotensi menghancurkan keagungan dan keindahan hidup yang bermartabat dan bermanfaat bagi kehidupan bersama, harus dicegah dan dimusnahkan, bukan hanya sekedar pasrah dan membiarkannya. Manusia sebagai pribadi, sebagai warga bangsa dan sebagai bangsa, harus berjalan sesuai koridor ini.

2) Kemeranaan akan bisa dihindari kalau kita mampu mengelola kehidupan ini dengan panduan yang baik dan benar.

3) Berfikir positif dan produktif adalah kunci kesuksesan.

4) Mampu mengendalikan diri dan memanfaatkan waktu serta sanggup menghadapi segala kegetiran hidup tanpa menanti uluran tangan orang lain agar dapat meraih segala cita-cita yang menjadi impiannya.

Keempat faktor ini adalah nilai-nilai yang bersifat spiritual.

5) Dari prespektif hidup berbangsa dan bernegara, ubah dan bangun mindset yang benar bahwa kalau seseorang menyandang gelar dan mengemban amanah sebagai pemimimpin, maka dia harus bersikap jujur dan amanah serta selalu memberikan suri teladan tentang kebajikan dan kebaikan serta tidak berbuat zalim.

Langkah ini juga harus diikuti oleh kita sebagai warga negara biasa, selalu mendidik diri kita sendiri dan keluarga kita untuk menjadi warga negara yang baik yang memahami dengan benar tentang hak dan kewajibannya.

6) Kepentingan nasional adalah segala-galanya. Kepentingan publik harus diutamakan daripada sekedar kepentingan kelompok dan golongan.

Kebijakan dan progam yang dirancang dan diputuskan harus didedikasikan untuk kepentingan nasional dan kesejahteraan bersama. Jangan pernah bermimpi dan bercita-cita untuk mengobral dan menggadaikan aset yang bernilai tambah tinggi kepada siapapun dan dari manapun, kecuali kita kelola dan kita olah sendiri untuk kesejahteraan dan kemakmuran bersama.

Perilaku curi mencuri, tipu menipu dengan alasan apapun harus dibumihanguskan di bumi pertiwi sesuai dengan hukum yang berlaku. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang miskin, bangsa yang merana dan jangan sampai mendapat julukan dan branding negara yang gagal.

7) Sebagai hamba Tuhan, mari kita ikhlas bertobat bersama, saling memberi ampun dan pemaafan agar kita terbebas dari perbuatan tercela, cekcok terus sesama sebangsa dan setanah air, yang sepertinya tanpa pernah dapat dihentikan. Miris, pilu dan sedih rasanya. Aku ingin hidup seribu tahun lagi. Aku tak rela hidup ini menjadi merana, merana dan merana. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS