Site icon TubasMedia.com

Mutu Udara di Jakarta Terburuk di Dunia

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Kualitas udara di Jakarta tercatat menjadi yang terburuk di dunia pada pagi ini. Catatan tersebut merujuk pada data kualitas udara (air quality index/AQI) dari situs IQAir.

Dilihat detikcom dari situs IQAir, data ranking kualitas udara itu terkumpul per pukul 07.11 WIB, Senin (20/6/2022). DKI Jakarta berada di peringkat pertama dengan catatan AQI atau indeks kualitas udara di angka 192 atau tidak sehat saat dilihat per pukul 07.36 WIB.

“Konsentrasi PM2.5 di udara Jakarta saat ini 27 kali di atas nilai panduan kualitas udara tahunan WHO,” demikian keterangan IQAir.

Sementara itu, berdasarkan aplikasi JAKIspu milik Pemprov DKI Jakarta, sejumlah wilayah tercatat memiliki kualitas udara tidak sehat pagi ini. Indeks kualitas udara di lima wilayah Jakarta masuk kategori tidak sehat dengan angka di atas 100. Sumber data yang diambil Pemprov DKI ini merujuk pada data Dinas Lingkungan Hidup.

Berikut data indeks kualitas udara versi JAKIspu:

Jakarta Utara: 135 (Tidak Sehat)

Jakarta Timur: 129 (Tidak Sehat)

Jakarta Pusat: 112 (Tidak Sehat)

Jakarta Selatan: 110 (Tidak Sehat)

Jakarta Barat: 103 (Tidak Sehat)

Sebelumnya, BMKG mengungkapkan penyebab kualitas udara di Jakarta memburuk. Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG Urip Haryoko menerangkan beberapa hari terakhir tingkat polutan di Jakarta mengalami lonjakan. Dari data BMKG, kadar polutan berada pada level 148 µg/m3.

Tingginya angka polutan membuat kualitas udara di Jakarta masuk kategori udara tidak sehat. Bahkan polutan tersebut dapat terlihat secara kasatmata.

“Tingginya konsentrasi PM2.5 dibandingkan hari-hari sebelumnya juga dapat terlihat saat kondisi udara di Jakarta secara kasat mata terlihat cukup pekat/gelap,” kata Urip seperti dikutip Antara, Minggu (19/6).

Urip menyebut kualitas udara di Jakarta dipengaruhi oleh berbagai sumber emisi. Sumber emisi itu berasal dari sumber lokal, seperti transportasi dan residensial, ataupun dari sumber regional dari kawasan industri.

Kemudian, emisi dalam waktu tertentu terakumulasi dan menyebabkan meningkatnya polutan di Jakarta. Selain itu, pergerakan angin membuat polutan bergeser dari sumber emisi ke lokasi lain.

“Pola angin lapisan permukaan memperlihatkan pergerakan massa udara dari arah timur dan timur laut yang menuju Jakarta, dan memberikan dampak terhadap akumulasi konsentrasi PM2.5 di wilayah ini,” jelas Urip. (sabar)

 

Exit mobile version