Nasdem Jadi Parpol, Sri Sultan Kecewa

Loading

Laporan: Redaksi

Sri Sultan Hamengku Buwono X

Sri Sultan Hamengku Buwono X

YOGYAKARTA, (Tubas) – Lahirnya Partai Nasdem yang merupakan perkembangan keberadaan Ormas Nasional Demokrat (Nasdem) disambut kecewa yang dalam oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. Tak hanya sebatas kecewa, Sri Sultan yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Nasdem juga menyatakan keluar dari organisasi pimpinan Surya Paloh itu.

“Jelas, saya sangat kecewa dengan Nasdem jadi partai politik. Kalau tidak kecewa, mengapa saya keluar,” tegas Sri Sultan Hamengku Buwono X di sela-sela kedatangannya di hunian sementara (huntara) Gondang I, Wukirsari, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis pekan lalu.

Sri Sultan menilai, perubahan dari ormas menjadi partai politik akan membuat Nasdem menjadi tidak akan tulus lagi dalam melayani dan berjuang untuk rakyat. Padahal keberadaannya sebagai ormas itulah yang dulu membuat dirinya tertarik untuk bergabung ke dalam Nasdem, dan kemudian dipercaya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan.

“Setahu saya, Nasdem itu tetap sebagai ormas dan tidak akan menjadi parpol. Sebagai ormas, Nasdem akan berjuang secara tulus. Tapi bila sudah menjadi parpol, maka perjuangannya sudah untuk kekuasaan. Karenanya, saat ada parpol yang didaftarkan dengan nama Nasdem, maka saya memilih untuk mundur dari Nasdem,” ujarnya.

Langkah Sri Sultan mundur dari Nasdem disambut gembira kerabat Keraton Yogyakarta GBPH Prabukusumo dan Direktur The Mataram Institute, Achiel Suyanto S. GBPH Prabukusumo mengaku gembira dan senang dengan keputusan Sri Sultan keluar dari Ormas Nasdem. Karena dengan langkah itu eksistensi Sri Sultan sebagai negarawan akan benar-benar menjadi nyata.

Namun GBPH Prabukusumo membantah alasan keluarnya Sri Sultan karena adanya tekanan dari Komisi II DPR RI yang kini sedang menangani soal Keistimewaan DIY. Sebelumnya di Komisi II DPR sempat muncul suara agar Sri Sultan tidak terlibat di dalam aktivitas partai politik. “Saya tidak pernah dengar ada tekanan dari Komisi II seperti itu. Tetapi Keistimewaan DIY itu merupakan sejarah luhur, jadi tidak bisa dipolitisir. Makanya jangan kaitkan soal Keistimewaan DIY dengan politik,” pintanya.

Direktur The Mataram Institute Achiel Suyanto S memahami langkah yang diambil Sri Sultan mundur dari Nasdem ketika ormas itu berubah menjadi parpol, karena sejak awal tidak ingin Nasdem menjadi parpol. “Memang jauh-jauh hari Sri Sultan sudah bersikap seperti itu. Apabila kelak Nasdem berubah menjadi partai politik, maka akan keluar. Dan, sekarang sudah Sri Sultan buktikan,” kata Achiel. (s eka ardhana)

CATEGORIES
TAGS