Nasib Bangsa

Loading

Oleh: Edi Siswoyo

ilustrasi

RASANYA miris melihat kenyataan pada tahapan kampanye pemilihan umum presiden dan wakil presiden (pilpres) sekarang ini. Tim sukses masing-masing pasangan capres dan cawapres seperti sudah kelewat batas etika degan melancarkan serangan lewat kampanye hitam, negatip dan fitnah. Pilpres 9 Juli 2014 bukan hanya sekedar memilih presiden dan wakil presiden 2014 – 2019 melainkan juga momentum pertaruhan nasib bangsa. Sedikitnya 250 juta jiwa penduduk Indonesia sedang berharap dan berupaya mendapatkan masa depan yang lebih baik.

Tahapan kampanye pilpres 9 juli 2014 yang diikuti dua pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto -Hatta Radjasa dan Joko Widodo – Jusul Kalla menjadi penting untuk disadari bersama sebagai bagian konsolidasi demokrasi menuju transisi kekuasaan secara damai. Kesadaran tersebut perlu menjadi bagian dari pemantangan gelombang reformasi–demokrasi–yang digulirkan dengan pengobanan jiwa dan raga pada tahun 1998.

Dalam sitem demokrasi, proses sirkulasi elit melalui transisi kekuasaan melalui pemilu merupakan hal yang biasa. Maka, dalam masa kampanye sekarang ini jangan dikotori hal-hal negatip dengan memanfaatan kemajuan teknologi komunikasi untuk saling serang lewat kampanye hitam, negatif dan fitnah. Tersebarnya berbagai model penyimpangan tersebut akan mempengaruhi persepsi publik terhadap pemilu sebagai proses transisi kekuasaan secara damai. Keberhasilan kita mengantarkan transisi kekuasaan–pelantikan presiden–pada 20 Oktober 2014 akan membantu upaya mengantarkan bangsa Indonesia mencapai masa depan yang lebih baik sebagai negara yang memiliki kematangan demokrasi.

Kita berharap tahap kampanye pilpres sekarang ini sebaiknya semua pihak–tim sukses pasangan capres dan cawapres–tidak saling serang dengan melancarkan kampanye hitam, negatif dan fitnah.Masa kampanye sebaiknya diisi dengan kegiatan kampanye secara etis untuk mengantarkan upaya bersama pencapaian tujuan negara yang akan diwujudkan oleh masing-masing pasangan capres dan cawapres yang sedang berkompetisi. Kampanye hitam, negatip, fitnah dan uang sogokan (politik uang) menjelang pencoblosan 9 Juli 2014 hanya akan menciptakan suasana tidak kondusif, mengerdilkan demokrasi dan menjauhkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia.

Segala bentuk kampanye hitam, negatip dan fitnah harus dihindarkan untuk mencegah pertikaian antar elite dan kerusuhan sosial antar pendukung pasangan capres dan cawapres. Untuk itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Polri perlu segera bertindak tegas melaksanakan kewenangannya untuk menegakkan segala aturan piplres dan hukum demi masa depan bangsa Indonesia! ***

CATEGORIES
TAGS