Nasib Malang Pengusaha Kecil

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

 

COBA bayangkan, betapa sakitnya, sebuah perusahaan kecil yang sudah tahunan sebagai mitra dalam sebuah lembaga, tiba-tiba harus kehilangan pekerjaan alias kehilangan mata pencaharian mereka. Pasalnya, pekerjaan yang sudah cukup lama dilakoni menerbitkan majalah intern, sirna dan tidak berlanjut lagi tanpa ada alasan yang jelas dari sang mitra. Yang pasti, jenis pekerjaan yang sama dialihkan kepada sebuah perusahaan pers kelas raksasa.

Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Telematika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, tidak mau merespons pertanyaan si pengusaha kecil kenapa penerbitan majalah tidak dilanjutkan lagi dan kenapa kerjasama itu dialihkan kepada perusahaan raksasa setelah ditarik dari tangan si pegusaha kecil. “Itu gak benar pak,’’ begitu Dirjen ILMATE Taufiq Bawazier saat ditanya apakah benar ILMATE menjalin kerjasama dengan perusahaan raksasa lain.

Yang menggelitik hati si pengusaah kecil sebenarnya tidak semata-mata hanya pengalihan pekerjaan dari si kecil ke tangan si raksasa. Tapi soal dana pembiayaan pekerjaan  dimaksud.

Ceritanya begini. Penerbitam  majalah dimaksud seyogyanya dimulai Januari 2021 sebagai lanjutan majalah yang terbit pada edisi terakhir 2020 terbitan Desember 2020. Namun penerbitan edisi perdana 2021, selalu tertunda dengan alasan, dana tidak tersedia. Pasalnya, hampir 60 persen dana operasional direktorat dialihkan untuk membiaya seluruh keperluan  pandemic covid-19. Jadi singkatnya, penerbitan majalah ILMATE edisi perdana 2021, dalam posisi menunggu info lanjut dari bagian keuangan apakah dana untuk majalah sudah ada yang tersisihkan.

Ternyata, tunggu punya tunggu, tiba-tiba si pengusaha kecil mendapat berita, kalau pekerjaan bidang publikasi sudah dialihkan kepada sebuah perusahaan pers, yang jelas kelas raksasa dengan dukungan dana dari direktorat yang sama.

Menjadi pertanyaan, bagaimana kebenaran info yang selama ini didengungkan bahwa tidak ada dana publikasi karena dialihkan kepada keperluan covid-19.

Kenapa saat-saat si pengusaha kecil  bertanya dana selalu dijawab demikian, akan tetapi untuk membiayai kerjasama dengan perusahaan raksasa, dana dimaksud menjadi ada.

Bukankah tindakan ini tidak bertentangan dengan politik ekonomi APBN Pemerintahan Jokowi yang memprioritaskan pengembangan UMKM agar bisa survive di masa pandemi Covid-19.

Pemulihan kinerja sektor industri nasional, termasuk ILMATE di tengah wabah Covid-19 seharusnya membutuhkan peran serta seluruh pemangku kepentingan. Sebagai UMKM dan insan pers juga ingin bersama-sama “stakeholder” lainnya memberikan kontribusi lewat pekerjaan dan kompetensi yang dimiliki.

Artinya, kalau toch harus bekerjasama dengan perusahaan raksasa, ya mbok si pengusaha kecil jangan dimusnahkanlah.

Tapi itulah kenyataannya di lapangan. Sulitnya pengusaha kecil bersaing dengan pengusaha besar karena stakeholder juga masih acap kali main mata dengan si pengusaha raksasa sehingga ultimatum Presiden Jokowi kepada seluruh pembantunya agar membuat posisi pengusaha kecil survive, sulit dilakoni. Bahkan nasib pengusaha kecil selalu di ujung tanduk (penulis seorang wartawan tinggal di Jakarta)

 

CATEGORIES
TAGS