Nasionalisme Gubernur Sulbar Diragukan

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Staf Ahli Menteri Perindustrian bidang Pemasaran dan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN), Fery Yahya mengecam pernyataan Gubernur Sulawesi Barat, Anwar Adnan Saleh yang mengatakan dirinya lebih suka menggunakan produk China ketimbang buatan dalam negeri dengan alasan mutu buatan China lebih baik ketimbang buatan Indonesia.

‘’Itu pernyataan menyesatkan dan tidak menghormati negeri sendiri. Seharusnya Anwar sebagai kepala daerah harus tampil menjadi ujung tombak mempromosikan produk dalam negeri. Tapi ini malah sebaliknya menjelek-jelekkan buatan bangsanya sendiri,’’ kata Fery kepada tubasmedia.com di kantornya.

Nada yang sama juga dilontarkan Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Ansari Bukhari dan anggota Komisi VI DPR, Lili Asdjudiredja yang dihubungi secara terpisah. Seharusnya kata Fery, pejabat pemerintah pusat maupun daerah tidak melontarkan pernyataan sedemikian rupa bahkan dituntut harus memahami Instruksi Presiden No 2 Tahun 2009 dan Perpres No 54 Tahun 2010 jo Perpres No 70 Tahun 2012.

‘’Karenanya, secara etika sebagai unsur pemerintah, statement Gubernur Sulawesi Barat itu tidak seharusnya dilontarkan ke publik, terlepas baik buruknya produk Indonesia,’’ tambah Fery.

Jiwa patriotisme lanjut Fery harus dikedepankan dan gubernur bersangkutan tidak dapat mengenaralisir bahwa kualitas produk Indonesia seluruhnya rendah. Faktanya banyak produk China diketemukan di bawah standar dan bahkan produk olahan makanan membahayakan untuk kesehatan.

‘’Jadi statement itu tidak benar dan perlu dikritisi. Ada apa sebenarnya di balik statemen tersebut. Ironis sekali bukan, koq ada pejabat pemerintah melontarkan statement yang isinya merendahkan diri sendiri,’’ lanjutnya.

Sementara itu, Sekjen Kemenperin, Ansari Bukhari menyatakan untuk menyadarkan rasa nasionalisme sang gubernur, seharusnya di setiap ruangan kerjanya bahkan di sudut-sudut rumah kediamannya wajib ditempelin stiker yang berbunyi; ”Aku Cinta Produk Indonesia”.

‘’Saya pikir demikian. Di setiap ruangan para bos maupun ruang tamu, sebaiknya ada stiker yang bertuliskan Aku Cinta Produksi Indonesia juga di rumah yang bersangkutan ada tulisan yang sama,’’ kata Ansari.

Namun demikian katanya, orang Indonesia prestise-nya teramat tinggi. Buktinya, kalau beli barang, harus produk impor. Padahal kualitas barang hasil produksi Indonesia tidak kalah dengan impor.

“Oleh karena itu kalau mau sosialisasi P3DN harusnya ke kalangan atas, bukan kalangan bawah. Bagi kalangan bawah, P3DN tidak perlu disosialisasikan. Pasalnya, kalangan bawah kalau mau beli barang pasti disesuaikan dengan kemampuannya, beda dengan kalangan papan atas yang mengutamakan prestise,’’ tegasnya.

Anggota DPR Komisi VI DPR, Lili Asdjudiredja menyatakan seorang kepala daerah apalgi setingkat gubernur tidak bisa berkata begitu. ‘’Kita mau Tanya sekarang, mana nasionalismenya? Koq bisanya melemahkan usaha promosi pemerintah untuk menggunakan hasil industri dalam negeri,’’ katanya menambahkan nasionalisme Gubernur Sulbar tersebut layak diragukan.

Dikatakan oleh Lili bahwa sang gubernur yang melontarkan pernyataan kalau dirinya lebih senang menggunakan produk China ketimbang buatan Indonesia, adalah merupakan pembangkangan terhadap instruksi Presiden, Menteri dan lembaga tinggi Negara.

‘’Harusnya kita harus bangga memakai produksi dalam negeri dan seharusnya Gubernur, Bupati, Camat sampai ke tingkat Ketua RT harus ikut serta mempromosikan seluruh produk negeri ini. Bukan malah melecehkan,’’ tegasnya.

Bukti pembangkangan tersebut, Lili menyatakan bahwa di dalam RUU Perdagangan Pasal 9 disebutkan, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah atau pemangku kepentingan lainnya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, mendorong peningkatan penggunaan produk dalam negeri dalam rangka penguatan pasar dan pemberdayaan produk dalam negeri. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS