Nilai Produksi Batik Bisa Capai Rp 1 T

Loading

Laporan: Redaksi

MS Hidayat

MS Hidayat

JAKARTA, (Tubas) – Nilai produksi batik diperkirakan bisa mencapai Rp 1 triliun pada tahun 2011. Angka itu mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 732,67 miliar dan 2009 yang hanya sekira Rp 648,94 miliar. Nila produksinya akan terus bertumbuh secara signifikan.

Demikian ungkap Menteri Perindustrian MS Hidayat di Jakarta Selasa pekan silam. Dalam beberapa tahun terakhir lanjutnya, nilai produksi batik tumbuh sekira 10 persen per tahun. Peningkatan tersebut terjadi karena saat ini semakin banyak orang yang gemar memakai batik.

“Sekarang semua golongan masyarakat sudah mulai terbiasa memakai batik, termasuk anak muda dan remaja,” jelasnya.

Selain itu, menurutnya, instansi pemerintah dan swasta juga semakin gencar mendorong para karyawannya untuk menggunakan batik. Sehingga, peluang pasar batik nasional akan semakin luas dan berkembang.

Meski saat ini terdapat kekurangan bahan baku gondorukem, namun Hidayat berharap, para pengrajin batik di setiap daerah dapat terus melakukan inovasi tanpa meninggalkan penggunaann warna alam yang disukai oleh konsumen. “Kami akan segera mencarikan solusinya,” ucapnya.

Hidayat mengatakan, pihaknya juga berupaya untuk melestarikan batik dengan memberikan jaminan mutu, kepercayaan konsumen sekaligus perlindungan hukum serta identitas dengan mendaftarkan batik Indonesia dengan logo Batikmark “Batik Indonesia” yang tercantum dalam perlindungan Hak Cipta Nomor 034100 pada Ditjen HKI, Kementerian Hukum dan HAM.

“Logo ini adalah pembeda batik buatan Indonesia dengan produk batik negera lain, sehingga memudahkan konsumen mancanegara mengenali batik Indonesia,” papar Hidayat.

Hidayat menjelaskan, telah diterbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 74/2007 tentang penggunaan Batikmark “Batik Indonesia”.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman mengatakan, selama lima tahun terakhir, industri batik nasional telah tumbuh di atas 100 persen. “Porsi batik di industri garmen juga makin bertambah besar. Saat ini sekira 10 persen,” ucap Ade.

Setiap daerah di seluruh Indonesia, kata Ade, mempunyai ciri khas corak batik yang berbeda. “Sekarang hampir semua kabupaten kota memiliki batik sendiri dengan corak masing-masing,” tandasnya. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS