Out Put Ekonomi yang Menjadi Pertaruhan

Loading

sistem ekonomi tradisional

Oleh: Fauzi Aziz

PEMERINTAH dimanapun selalu ingin bekerja maksimal dan berupaya membuat prestasi atas jerih payahnya sebagai regulator dan fasilitator pembangunan. Legacy menjadi penting bagi rezim manapun. Bidang ekonomi selalu menjadi perhatian karena kinerja pertumbuhan dan laju pertumbuhan ekonomi akan dipandang sebagai prestasi yang bisa dikenang sebagai legacy pemerintah selaku pembuat kebijakan.

Mengapa pemerintah sangat terobsesi dengan pertumbuhan dan laju pertumbuhan ekonomi? Satu  jawaban adalah karena pemerintah mempunyai keyakinan bahwa kegiatan dan proses ekonomi berjalan dan tumbuh dengan laju pertumbuhan yang memadai. Indikasi ini memberikan keyakinan bahwa biaya inputnya “terbayar” untuk menghasilkan nilai output yang maksimal sehingga surplus ekonominya menjadi besar.

Pengeluaran di sisi input harus efisien agar pendapatan dari sisi output menjadi besar. Dari sudut pandang ekonomi dilihat dari sisi proses, pemerintah dengan sejumlah instrumen kebijakan berusaha mempengaruhi agar proses ekonomi berjalan efisien. Pertumbuhan dan laju pertumbuhan berada dalam ranah outcome.

Outcome akan sangat ditentukan oleh kondisi internal kegiatan dan proses ekonomi di satu negara dan ditentukan pula kondisi ekonomi yang bersifat eksternal dari negara mitra dagang. Oleh sebab itu, dalam konteks meraih prestasi tadi, fokus pemerintah mestinya bukan mengejar outcome karena faktor ini bersifat di luar kontrol langsung pemerintah negara yang bersangkutan.

Yang penting dikejar dan harus menjadi perhatian penuh pemerintah sejatinya bukan pertumbuhan dan laju pertumbuhan ekonomi, tetapi yang jauh lebih penting menjadi fokus adalah bagaimana menghasil kan output ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan dengan biaya input yang paling efisien.

Termasuk output kebijakan dan progam yang dibuat oleh pemerintah sebagai salah satu pembentuk volume, nilai dan kualitas output ekonomi. Kebijakan pemerintah dan progam progamnya berfungsi sebagai stimulasi kegiatan ekonomi, baik di sisi input maupun di sisi output ekonomi.

Deregulasi ekonomi dan stimulus ekonomi berfungsi sebagai pemicu agar kegiatan dan proses ekonomi bekerja efisien. Pada sisi lain diharapkan menjadi faktor pemacu terjadinya pertumbuhan dan laju pertumbuhan ekonomi, sepanjang kondisi internal dan eksternal faktor ekonominya semuanya kondusif.

Pertumbuhan dan laju pertumbuhan bisa dikatakan sebagai target tidak langsung yang harus dicapai karena posisinya berada sebagai outcome. Target yang harus dicapai  pemerintah yang bersifat langsung sejatinya adalah berapa output nilai ekonomi yang akan dihasilkan pada satu periode, misal 6 bulan atau satu tahun. Termasuk pula berapa banyak kebijakan dan progam yang akan dihasilkan pemerintah dalam kurun waktu yang sama untuk menstimulasi capaian nilai output ekonomi.

Gambaran berikut akan memberikan kemudahan pemahaman dengan pendekatan berfikir seperti yang diuraikan di atas. Misal di sektor industri, yang penting menjadi perhatian Kemenperin adalah berapa output produksi yang akan dijadikan target setiap tahun untuk dicapai. Kemudian ditetapkan kebijakan dan progam yang akan dilaksanakan oleh Kemenperin dalam kurun waktu yang sama agar target out produksinya tercapai.

Berapa pabrik baru dan perluasan akan dibangun dan ditambah kapasitas produksinya. Kalau targetnya adalah pertumbuhan dan laju pertumbuhan, maka hal yang demikian tidak salah, hanya saja tidak tepat karena pertumbuhan dan laju pertumbuhan industri bersifat un-controlable yang tidak akan bisa dicapai oleh Kemenperin sendiri karena pertumbuhan industri adalah outcome. Padahal yang bersifat direct menjadi tanggungjawab Kemenperin adalah bagaimana institusi ini mampu menghasilkan kebijakan dan progam untuk menstimulasi pertambahan output produksi dan nilai tambahnya.

Penjelasan ini menjadi relevan ketika presiden menamai kabinetnya menjadi “Kabinet Kerja”. Kerja-kerja-kerja selalu ditegaskan agar pemerintah mampu membuat kebijakan dan progam yang berkualitas untuk mestimulasi agar kegiatan dan proses ekonomi berjalan efisien untuk menghasilkan output ekonomi yang maksimal.

Karena itu, presiden mempunyai tiga pilar output kerja kabinet di bidang ekonomi, yakni “Deregulasi”; “Pembangunan Infratruktur”; dan “Peningkatan Kualitas SDM”. Progam ini dimaksudkan untuk menstimulasi peningkatan investasi dan peningkatan produksi. Presiden benar mengambil langkah ini bahwa kita memerlukan penambahan investasi dan produksi sebagai output kerja pemerintah.

Membangun jalan tol, pelabuhan, pendirian pabrik baru, membangun listrik 35.000 megawatt adalah output yang akan dihasilkan oleh kerja kabinetnya. Dari output ekonomi tersebut, diharapkan ekonomi akan tumbuh dan syukur laju pertumbuhannya tinggi. Kunjungan presiden kemana-kemana adalah upaya yang dilakukan untuk menambah volume dan nilai investasi guna menambah volume dan nilai produksi agar bisa mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri maupun ekspor.

Presiden berfikir dalam mainstream ekonomi yang bersifat populis agar mudah difahami rakyat. Peningkatan investasi-produksi dan pemasaran itulah yang ada di benaknya. Sebab itu, Jokowi berfikir dan bertindak dengan bahasa populer yakni bahwa kebijakan dan progam pemerintah di pusat maupun di daerah harus pro-bisnis dan pro-pasar.

Media selalu menanyakan kepada pejabat pemerintah tidak berfokus pada ekonomi atau sektor industri akan tumbuh berapa persen? Yang dikejar oleh media sejatinya adalah berapa out ekonomi/output produksi yang akan di hasilkan dan apa kebijakan dan progam yang akan dihasilkan pemerintah. Dengan penjelasan ini, maka menjawab pertanyaan yang dijadikan judul dari tulisan ini menjadi terpecahkan teka-tekinya, yakni yang dipertaruhkan adalah volume dan nilai outputnya ketika pemerintah bekerja melaksanakan tupoksinya yang dibagi habis dalam 34 Kementrian. (penulis adalah pemerhati masalah ekonomi dan industri).

CATEGORIES
TAGS