Panen Raya, Petani Garam Menjerit

Loading

Laporan : Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

JEPARA, (Tubas) – Ribuan petani garam rakyat di wilayah Kabupaten Rembang, Pati dan Jepara, Jawa Tengah menjerit, gara-gara harga jual saat panen raya saat ini anjlog lebih 75 persen. Semula harga jual dari petani Rp 850/kg, tapi sekarang harganya jatuh menjadi Rp 250/kg.

Sejak zaman dahulu (Belanda) tiga daerah itu sudah dikenal sebagai sentra produksi garam rakyat (garam krosok). Produksi garam dari tiga daerah itu berskala nasional. Tapi sejak beberapa tahun lalu, produksinya terus mengalami penurunan. Penyebabnya, faktor cuaca yang fluktuaktif dan merosotnya harga jual garam di pasar yang rusak akibat serbuan garam impor.

Idris (42 tahun), petani garam rakyat di Kaliori-Rembang, mengungkapkan hancurnya harga jual garam saat ini karena membanjirnya garam di pasaran. Hal itu dilakukan petani garam dengan menjual murah untuk memenuhi kebutuhan lebaran. Modus dagang semacam itu merugikan petani garam sendiri. Para ‘pengepul’ (penimbun garam) yang menangguh keuntungan. Para pengepul biasa menimbun garam di dalam gudang dan dijual kembali setelah usai masa panen raya.

Idris mengaku prihatin dengan rusaknya harga garam krosok di pasaran di daerahnya. Dia memiliki sekitar satu hektar tambak garam dan mampu berproduksi sekitar 12,5 ton. Harga garam saat ini membuat Idris rugi. Harga jual yang diperoleh lebih rendah dari biaya produksinya. (amary)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS