Pasar Obligasi Butuh Dorongan Sentimen Positif Rupiah

Loading

221214-ekbis1

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Head of Research PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada memaparkan, penguatan yang terjadi jelang akhir pekan belum cukup mampu mengimbangi pelemahan tajam sejak awak pekan. Berlanjutnya sentimen negatif di awal pekan seiring imbas sentimen negatif sebelumnya dari penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 oleh Bank Dunia; kenaikan suku bunga BI rate ke level 7,75%; hingga masih berlanjutnya laju Rupiah yang cenderung tertekan dengan masih menguatnya US$ membuat pelaku pasar cenderung kembali melepas obligasinya.

“Longsornya Rupiah di awal minggu lalu langsung menghantam pasar obligasi dan juga IHSG yang terkapar di zona merah. Maraknya aksi jual pada pasar obligasi yang kami nilai merupakan bentuk kekhawatiran dan kekecewaan terhadap melemahnya Rupiah meski dari Bank Indonesia (BI) kondisi tersebut masih dianggap normal dan sesuai dengan fundamentalnya. Secara kebetulan, kami pun menilai jika pergerakan longsornya Rupiah dianggap sesuai dengan fundamental Indonesia maka dapat dipersepsikan bahwa perekonomian Indonesia memang terlihat sedang kurang baik cenderung parah,” papar Reza, Senin (22/12/14).

Bahkan tidak jarang mereka menganggap pelemahan Rupiah memang dibiarkan oleh BI alih-alih untuk mengurangi impor, menaikan ekspor, hingga memperbaiki current account deficit ekonomi Indonesia. Pelaku pasar memilih untuk kembali melakukan aksi jual setelah melihat pelemahan Rupiah yang seolah-olah tidak terbendung.

Pergerakan yield secara mingguan kembali melanjutkan kenaikan di hampir seluruh tenor. Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan rata-data yield 29,96 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 12,55 bps; dan tenor panjang (8-30tahun) turut mengalami kenaikan yield sekitar 6,80%. Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo ±5 tahun mampu berbalik naik tipis 4,24 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo ±10 tahun mengalami kenaikan harga 48,12 bps.

Dengan telah terpenuhinya target pembiayaan dalam APBN tahun 2014 yang bersumber dari penerbitan Surat Utang Negara maupun Surat Berharga Syariah Negara di pasar perdana dalam negeri maka lelang tersebut di pekan kemarin ditiadakan.

Pasca dirilisnya pemberitaan terkait hasil rapat FOMC The Fed yang belum mensinyalkan akan adanya kenaikan suku bunga dalam waktu dekat, membuat laju pasar obligasi dan bursa saham AS bergerak di zona hijau sehingga berimbas pada laju kenaikan pada pasar obligasi dan IHSG yang terkena sentimen positifnya. Pelaku pasar pun kembali melakukan aksi beli meskipun belum terlalu signifikan.(angga)

CATEGORIES
TAGS