JAKARTA, (tubasmedia.com) – Head of Research NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada memaparkan, variatifnya sentimen yang mewarnai laju pasar obligasi sepanjang pekan kemarin membuat pergerakan harganya juga variatif. Baik obligasi pemerintah maupun swasta mengalami variasi pergerakan harga di mana sempat mengalami pelemahan namun, juga sempat berbalik naik pasca merespon tetapnya BI rate dan belum akan dinaikkannya suku bunga Fed rate.
Pergerakan Rupiah yang cenderung menguat juga turut berimbas positif pada laju pasar obligasi. Meski ada beberapa yang masih mengalami pelemahan namun, secara umum laju pasar obligasi terlihat menguat sepanjang pekan kemarin. “Terlihat pergerakan harga obligasi, khususnya harga obligasi Pemerintah yang mampu kembali naik yang terefleksi dari turunnya yield yang merata pada seluruh tenor,” kata Reza, Senin (23/3/15).
Penurunan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor panjang (8-30 tahun). Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan rata-data yield 4,82 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan yield sekitar 11,24 bps; dan tenor panjang (8-30 tahun) turut mengalami penurunan yield hingga 12,84 bps. Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo ±4 tahun mampu berbalik naik harganya hingga 12,29 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo ±9 tahun melanjutkan pelemahan harga hingga 50 bps.
“Seperti ulasan kami sebelumnya di mana laju Rupiah masih menunjukkan adanya pelemahan. Apalagi jelang RDG dan The Fed di minggu kemarin yang membuat pelaku pasar memilih masih menjauhi Rupiah. Kondisi ini pun sesuai dengan perkiraan kami sebelumnya di mana belum adanya sentimen positif yang menahan pelemahan Rupiah membuat lajunya kian bergerak turun,” ucap Reza.
Harapan akan penurunan yang dapat lebih terbatas kembali sirna dan berpotensi kembali turun. Bahkan rencana rilis kebijakan pemerintah untuk meredam gejolak Rupiah tidak ditanggapi antusias. Adanya sentimen dari RDG yang masih mempertahankan level BI rate di level 7,5% dan perkiraan The Fed yang masih bersikap dovish memberikan angin segar pada laju Rupiah.
Di pasar spot global, terjadinya aksi ambil untung terhadap laju US$ turut memberikan sentimen positif bagi Rupiah. Sentimen dari The Fed tersebut cukup membantu perbaikan laju Rupiah. Pasca menguat, laju Rupiah terlihat melemah seiring dengan kembali menguatnya laju US$ terhadap beberapa mata uang a.l Yuan, AUD, hingga EUR.Rp 13.325-13.055 (kurs tengah BI).
Di pekan kemarin, Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Lelang Surat Utang Negara (SUN) untuk seri sebagai berikut:
a. Seri SPN12160304 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 4 Maret 2016;
b. Seri FR0069 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 7,875% dan jatuh tempo pada tanggal 15 April 2019;
c. Seri FR0071 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 9,000% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2029;
d. Seri FR0067 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,750% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Februari 2044.
Total penawaran yang masuk sebesar Rp17,28 triliun dimana seri FR0069 memiliki penawaran yang masuk lebih tinggi sebesar Rp 6,60 triliun dengan nilai yang dimenangkan ialah sebesar Rp 1,15 triliun. Di sisi lain, untuk total keseluruhan penawaran yang dimenangkan hanya Rp 6,75 triliun. Total penawaran yang masuk lebih rendah dari total penawaran yang masuk sebelumnya sebesar Rp 22,84 triliun dengan penyerapan yang lebih rendah.
Dari empat seri SUN yang di tawarkan, Pemerintah menyerap seluruhnya. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan untuk setiap seri a.l Seri SPN12160304 (5,92%); Seri FR0069 (7,28%); Seri FR0071 (7,63%); dan FR067 (8,03%). Dari sisi bid to cover ratio memperlihatkan bahwa angka yang paling besar rasionya senilai 5,74x pada seri Seri FR0069 yang berdurasi moderat.
Meski laju pasar obligasi mampu melampaui kekhawatiran akan terjadinya potensi pelemahan namun, turunnya total penawaran lelang SUN tersebut memberikan gambaran masih belum terlalu kondusifnya kondisi pasar di pekan kemarin seiring dengan berbagai macam sentimen meskipun jelang akhir pekan kondisi pasar obligasi cenderung menguat.
“Apalagi dari pemerintah juga tidak terlalu banyak melakukan penyerapan dengan tujuan agar tidak terlalu melonjaknya nilai utang yang akan ditanggung pemerintah,” ungkap Reza.
Di pekan ini, diharapkan laju pasar obligasi dapat lebih stabil dengan asumsi sentimen yang ada tidak terlalu negatif dan diikuti dengan masih adanya aksi beli. Dengan demikian, jikapun terdapat pelemahan lanjutan maka kami harapkan tidak akan terlalu dalam pelemahannya sehingga masih berkesempatan untuk menguat meski tipis. Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang ±50 hingga 85 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada. (angga)