Patung Sigale-gale, Pesanan Raja Rahat

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

PARAPAT, (TubasMedia.Com)Sigale-gale adalah sejenis patung yang diukir menyerupai manusia yang terbuat dari kayu, yang dapat digerakkan seperti cara seseorang dalang untuk memainkan wayang golek dalam suku Jawa, tetapi permainannya hanya dalam gerak (tortor/ tari) diiringi musik gondang sabangunan.

Kayu yang sudah siap diukir menyerupai manusia ini dibuatlah di setiap persendiannya ikatan dari benang, misalnya di leher, lutut tangan dan kaki dan jari jemari tangan lalu dirangkai sedemikian rupa dan tali temali tersebut disambungkan kepada seseorang atau beberapa orang dalang yang akan memainkannya.

Namun sebelumnya patung tersebut telah diberi pakaian lengkap seperti pakaian adat suku Batak, sehingga si gale-gale ini dapat menari adalah tergantung kepada orang yang mengatur tali temali yang menggerakkan bagian – bagian tertentu dari Sigale-gale itu yang disesuaikan dengan irama gendang (gondang).

Hal ini dilakukan untuk menggambarkan keadaan yang terjadi pada masyarakat suku Batak dan aspek – aspek lain yang berhubungan dengan kebudayaan masyarakat suku Batak pada jaman dahulu kala.

Konon menurut legenda suku Batak, sejarah Sigale-gale dapat dikisahkan sebagai berikut; Jaman dahulu kala hiduplah satu keluarga yang menyandang gelar Raja di kampungnya yang bernama “ Raja Rahat “.Raja ini sudah terkenal dimana – mana karena memiliki harta yang berlipat ganda, namun hanya memiliki keturunan seorang anak laki – laki.

Pada suatu hari anak satu satunya ini di timpa penyakit aneh dan tidak ada satu orangpun dukun (datu) yang dapat mengobati penyakit si anak ini. Akibatnya, anaknya ini menghembuskan napasnya yang terakhir membuat sang raja sangat berduka.

Sang Raja pun menyuruh para pengawalnya (ulubalang) mencari para tukang ukir kayu ke seluruh penjuru kampung, agar dapat membuat patung dari kayu yang menyerupai anaknya yang telah pergi meninggalkannya itu. Tidak beberapa lama kemudian datanglah salah seorang tukang ukir kayu yang sangat terkenal di daerah itu bernama “ Rahat Bulu dengan gelar Datu Manggeleng “.

Sang raja pun menceritakan niatnya agar tukang ukir kayu tersebut mengukir sebuah patung manusia yang menyerupai anaknya dalam waktu selama tiga hari saja. Sang tukang ukir kayu ini pun dapat menyanggupi permintaan sang raja.

Dalam pencariannya di dalam hutan, sang kudun (tukang ukir kayu) melihat sebatang pohon yang tidak bercabang dan tidak berdaun, ukurannya sebesar tubuh manusia. Sang dukun pun menebang kayu tersebut karena sesuai dengan pesanan raja. Lalu sang dukun melukis pohon itu dan mengukirnya berbentuk manusia, persis seperti manusia yang hidup dan bentuknyapun bertambah cantik setelah diberi pakaian lengkap dengan perhiasannya.

Alangkah gembiranya hati sang Raja Rahat setelah melihat patung itu, karena benar – benar mirip wajah anaknya yang sudah meninggal.

Rasa sedih hati sang raja pun dapat terobati maka dilaksanakanlah acara adat dengan menabuh gendang untuk memberangkatkan anaknya ke pekuburan untuk dikebumikan dan patung tersebut digerak – gerakkan tukang ukir kayu ini sambil menari – nari dengan mengikuti irama gendang (ogung) tadi.

Usai acara penguburan, Raja Rahat pun berpesan kepada penduduk yang menyaksikan acara penguburan anaknya itu. Raja Rahat mengatakan “ apabila suatu saat nanti saya telah meninggal dunia, patung yang kalian ukir inilah teman kalian untuk menari – nari di dekat saya, karena saya tidak memiliki anak lagi dan patung ini saya beri nama “ SIGALE GALE “ dan seluruh harta yang saya miliki ini dapat dihabiskan semuanya untuk makan dan minum warga dan kalaupun ada seperti saya ini agar sigale-gale inilah untuk disuruh menari – nari dan dapat menghabiskan hartanya, agar jangan ada lagi kejadian seperti ini di kampung kita ini untuk di kemudian hari.”.

Beberapa tahun kemudian, meninggallah Raja Rahat tanpa memiliki keturunan lagi, sehingga para warga sekampung berembuk untuk melaksanakan pesan (tona) sang raja semasih hidupnya kepada penduduk kampung. Maka diputuskanlah untuk melaksanakan acara pemakaman seperti yang dipesankan sang raja. Dan Sigale-gale pun dimainkanlah dengan menari – nari oleh sang dukun dan seluruh harta sang raja dihabiskan untuk membeli makanan dan minuman. Usai acara adat dilaksanakan maka diantarkanlah sang raja Rahat bersama Sigale-gale ke pekuburan untuk dikebumikan bersama.(roris/dari berbagai sumber)

TAGS