Pejabat Pemda DKI Lebih Tertarik Bus Produk Cina

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

ilustrasi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Rasa kebangsaan oknum-oknum pejabat yang bersinggungan dengan pengadaan di Pemda DKI sudah luntur sama sekali. Kecintaan mereka terhadap bangsa sama sekali tidak ada lagi karena mereka tergiur dengan iming-iming keuntungan pribadi.

Hal itu dikatakan Staf Ahli Menteri Perindustrian bidang P3DN dan Pemasaran, Ferry Yahaya kepada TubasMedia.Com di Jakarta kemarin. Sebelumnya dia menyebut bahwa terdengar info bahwa oknum-oknum pejabat di Pemda DKI Jakarta lebih memilih bus buatan Cina ketimbang produk dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan bus gandeng, single dan sedang.

‘’Alasannya sangat klasik. Bus Cina lebih murah ketimbang bus buatan Indonesia,’’ jelas Ferry menambahkan agar para pengelola negeri ini jangan mau menggadaikan rasa nasionalismenya hanya karena keuntungan pribadi yang sesaat.

Ferry menambahkan, jika rencana oknum-oknum pejabat Pemda DKI tersebut terwujud, maka program pemerintah untuk menumbuhkembangkan produk nasional melalui program peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) akan sia-sia.

Untuk itu lanjut Ferry, para pihak yang terkait dalam pengadaan bus yang akan dioperasikan melayani kebutuhan masyarakat Jakarta, lebih bijak dan lebih menguamakan produk dalam negeri.

Seperti diberitakan beberapa waktu silam, produsen kereta PT Industri Kereta Api (INKA) melakukan ekspansi usaha dengan mengembangkan dan menjual bus gandeng (articulated bus) untuk keperluan angkutan umum massal.

INKA akan mengikuti tender Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta untuk pengadaan 50 unit dari 150 unit bus gandeng yang diperlukan mendukung operasional Trans Jakarta. INKA ikut tender 50 busway gandeng sesuai pProyek Pemda DKI. Tendernya sudah dilakukan April. INKA memilih bus gandeng karena pengerjaannya mirip dengan pembuatan kereta api.
Bis yang dibandrol seharga Rp 3,7 miliar ini, menggunakan mesin yang didatangkan dari Jerman dan Amerika Serikat. Namun rancangan dan desain, dibuat langsung oleh INKA serta berkolaborasi dengan industri lokal.

Hingga saat ini, INKA telah memasok sebanyak 39 unit bus gandeng untuk Trans Jakarta. Namun pesaing terberat bus dengan merek Inobus ini, adalah produsen bus asal China. Dan persaingan bisnis yang bisa mengalahkan produk dalam negeri inilah menurut Ferry perlu mendapat perhatian dari para pemangku kepentingan nasional.

Sebelumnya, keinginan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) untuk mendapatkan hibah PPD dari pemerintah pusat masih menunggu keputusan dari Menteri Keuangan Agus Martowardojo. Sedangkan Menteri BUMN Dahlan Iskan, sudah menyetujui niat Jokowi itu.

“Yang menetapkan nanti toh adalah Menteri Keuangan dan belum dibalas. Bukan kita tetapi karena itu aset negara jadi Menteri Keuangan,” demikian pernah dikatakan Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis Kementerian BUMN A. Pandu Djajanto di Jakarta.

Berdasarkan data, Perum PPD awalnya merupakan milik Pemda DKI, namun sejak awal 1970-an dikelola oleh pemerintah pusat berikut pengalihan seluruh aset PPD. Aset yang dimiliki Perum PPD antara lain Depo Ciputat seluas 67.875 meter persegi dengan daya tampung bus 400 bus, Depo Pulogadung 7.344 m2 (80 bus), Depo Klender 17.860 meter (120 bus).

Selanjutnya, Depo Jelambar 12.335 meter (90 bus), Depo Cakung 12.000 meter (80 bus), Depo Depok 7.135 meter (60 bus), Depo Tangerang 3.371 (40 bus), dan Depo Cawang 8.251 meter. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS