Pembangunan Berdasarkan Cinta Kasih

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Ilustrasi

Ilustrasi

DALAM lecture, rasanya tidak dikenal nomenklatur seperti judul opini ini, yakni pembangunan berdasarkan cinta kasih. Yang selama ini banyak dibicarakan antara lain adalah istilah pembangunan berwawasan lingkungan atau belakangan sering disebut sebagai konsep pembangunan berkelanjutan.

Yang terkini ini adalah istilah pembangunan inklusif. Zaman Orba kita juga mengenal istilah pembangunan manusia seutuhnya. Yang pasti, semua konsep pembangunan yang disebut tadi intinya sama, yakni berusaha mencari jawaban atas berbagai masalah pembangunan yang dihadapi oleh hampir semua bangsa dan negara di dunia.

Sampai-sampai di PBB, kita kenal ada satu lembaga yang spesial mengurus soal pembangunan, yakni UNDP (United Nation Development Progam). Tapi apakah segudang kebijakan dan progam yang dijalankan oleh PBB atau bangsa-bangsa lain di dunia dengan berbagai model pembangunan dapat menuntaskan segala macam isu masalah pembangunan? Tentu tidak. Tapi pasti ada yang berhasil ada pula yang gagal. Dan ini terjadi karena dinamika kehidupan itu sendiri bersifat dinamis.

Ada yang mengatakan bahwa pembangunan itu pada dasarnya perubahan. Perubahan itu selalu dinamis dan segala macam bentuk perubahan selalu diarahkan agar kehidupan di segala bidang menjadi lebih baik, lebih maju dan lebih memberikan harapan hidup bagi segenap mahluk ciptaan Tuhan, apakah manusia, hewan dan tumbuhan.

Manfaatnya harus dirasakan oleh mereka secara adil dan merata. Tidak bisa hanya bermanfaat bagi manusia saja atau sekelompok manusia tertentu. Jika demikian yang terjadi, maka keseimbangan, keselarasan dan keserasian pasti akan terganggu dan pasti akan menimbulkan ancaman dan gangguan dalam habitat kehidupan.

Konsep atau model pembangunan manapun tidak ada yang sempurna karena manusia punya keterbatasan, tapi pada saat yang sama juga punya kepentingan besar maupun kecil. Celakanya lagi, manusia juga punya nafsu/sahwat yang tidak selamanya baik. Nafsu serakah, mau menang dan enak sendiri, ingin menjadi mahluk yang paling berkuasa di muka bumi dan nafsu-nafsu yang lain seperti nafsu “kebinatangan” yang suka muncul menjadi perilaku menyimpang.

Oleh sebab itu, janganlah heran kalau konflik sosial, kerusakan alam dan lingkungan dll di sepanjang masa kehidupan di muka bumi, terus terjadi dengan intensitas dan skala yang berbeda-beda. Apa jawabanya agar semuanya bisa diatasi. Jawabnya adalah bahwa pembangunan itu harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan cinta kasih.

Pun di dalam pengawasan dan pengendaliannya harus juga berdasarkan semangat menegakkan nilai cinta kasih, bukan asal gebuk yang ujungnya hanya akan mendatangkan perlawanan.

Pembangunan yang mengedapankan nilai cinta kasih akan lebih mampu mengatasi masalah manusia dan kemanusiaannya, seperti soal kemiskinan dan pengangguran, keterbelakangan pendidikan dan kesehatan. Konflik sosial yang bersifat vertikal, horizontal dan diagonal-pun akan dapat diatasi.

Demikian pula kerusakan alam dan lingkungannya akan tidak terus tergerus oleh erupsi tingkah manusia yang tidak pernah memiliki sense of love dalam hidupnya. Value of love adalah fitroh manusia, bukan hanya untuk kepentingan sesama manusia itu sendiri,tetapi berlaku juga bagi cinta kasih antara manusia dengan mahluk hidup lainnya seperti binatang, tumbuhan dan lingkungannya, yaitu tanah, hutan, air, sungai, danau, laut, oksigen dan udara.

Pembangunan berkelanjutan, pembangunan inklusif, pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan berkeadilan harus bersumber dari konsep pembangunan berdasarkan cinta kasih (development based value of love). GDP dan GNP penting. Pro-growth;pro-poor;pro-job;dan pro-enviroment yang mengakomodasi value of love, hasil yang diharapkan seperti tergambar dalam 4 misi tersebut akan lebih bisa menjawab isu masalah pembangunan yang dihadapi oleh bangsa ini dan bangsa-bangsa lain di dunia. ***

CATEGORIES
TAGS
NEWER POST

COMMENTS