Pembangunan Double-Double Track KA Mendesak

Loading

Oleh: Efendy Tambunan

Ilustrasi

Ilustrasi

TINGKAT kemacetan di Jakarta semakin parah dan tidak akan bisa dikurangi jika jumlah kendaraan semakin bertambah. Fakta di lapangan, ketergantungan pada kendaraan pribadi semakin tinggi karena buruknya ketersediaan dan pelayanan angkutan umum.

Mengandalkan jalan raya sebagai prasarana utama untuk moda transportasi tidaklah bijak. Kemacetan lalu lintas dapat dikurangi dengan rekayasa lalu lintas, antara lain: jalan berlawanan arah (contra flow), penggunaan kendaraan dengan pelat nomor polisi ganjil-genap. Rekayasa lalu lintas hanyalah solusi sementara. Inti permasalahan kemacetan adalah jumlah kendaraan tidak sebanding dengan panjang jaringan jalan di Jakarta.

Optimalisasi moda transportasi kereta api adalah salah satu alternatif untuk mengurangi kemacetan. Tingkat pelayanan kereta api tidak dipengaruhi oleh dinamika arus lalu lintas seperti kendaraan pribadi dan angkutan umum pada jaringan jalan, tetapi lebih dipengaruhi oleh waktu datang (headway) antar kereta api, kapasitas dan jumlah rel kereta api yang tersedia.

Sebagai contoh, jumlah rel kereta api Jakarta-Bekasi-Cikarang hanya terdiri dari dua rel KA. Artinya, rel kereta api jurusan Bekasi-Cikarang-Jakarta dipakai bersama dengan rel kereta api jurusan antar kota. Dampaknya adalah pada jam sibuk kerja, jumlah pergerakan kereta api Jakarta-Bekasi-Cikarang bertambah dan pemakaian rel bersama akan mengganggu headway dan waktu tempuh perjalanan kereta api jurusan Jakarta-Bekasi-Cikarang.

Keunggulan

Moda transportasi kereta api mempunyai sejumlah keunggulan dibanding moda transportasi lainnya. Pertama, keandalan dan keselamatan moda kereta api sangat baik. Kedua, efisiensi biaya dan energi sangat baik. Ketiga, polusi yang ditimbulkan kereta api sangat sedikit.

Berdasarkan studi yang diakukan Djoko Setijowarno, et all (2010) yang dipresentasikan dalam Forum Studi Transportasi Antarperguruan Tinggi (FSTPT) ke 14 tahun 2011 menunjukkan bahwa moda kereta api rel (KRL) memiliki sejumlah keunggulan dibanding angkutan umum dan Transjakarta pada rute jarak pendek. Kriteria studi adalah sarana (biaya operasi, kapasitas, efisiensi) dan operasi (aksesibilitas, kapasitas, tarif, kecepatan, frekuensi perjalanan).

Dalam kriteria sarana, parameter biaya operasi moda KRL Rp. 0,0173 per kilometer, angkutan kota Rp. 211,539 per km, Transjakarta Rp. 134,615 per km. Kapasitas moda KRL 1.500 penumpang, angkot 12 penumpang dan Transjakarta 80 penumpang. Efisiensi moda KRL 3 liter km dan 500 orang per liter, Angkot 0,5 liter per km dan 24 orang per liter, Transjakarta 0,5 liter per km dan 100 per liter.

Dalam kriteria operasi, parameter aksesibilitas moda KRL adalah 0,0173 per penumpang, Angkot 2,167 km per penumpang dan Transjakarta 0,52km per penumpang. Parameter kapasitas : KRL 2,67 penumpang/kapasitas (3.000-4.000 penumpang dengan kapasitas 1.500 penumpang, Angkot 0,83 penumpang/kapasitas (10 penumpang dengan kapasitas 12 penumpang) dan Transjakarta 1,2penumpang/kapasitas (60 penumpang dengan kapasitas 50 penumpang). Untuk parameter tarif meliputi: KRL Rp. 1.500 – Rp. 2.500, Angkot Rp. 2.500-Rp. 5.500 dan Transjakarta Rp. 3.500. Parameter kecepatan: KRL 70-80 km/jam, Angkot 40-50 km/jam dan Transjakarta 60-70 km/jam. Parameter frekuensi perjalanan: KRL 4-6 kali perjalanan, Angkot 4-5 kali perjalanan dan Transjakarta 8-10 kali perjalanan.

Dari hasil studi tersebut, moda transportasi KRL masih mempunyai sejumlah keunggulan dibanding moda transportasi lainnya. Artinya, pengembangan pelayanan kereta api penumpang sangat baik di arahkan untuk pelayanan jarak pendek seperti pelayanan kereta api dari Jakarta hingga ke Cikarang.

Hingga saat ini, pembangunan double-double track KA jurusan Jakarta-Cikarang belum terealisasi. Dana dari Pemerintah Jepang sudah tersedia untuk alokasi dana konsultan, konstruksi dan kontingensi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pembangunan double-double track masih terkendala dengan proses pembebasan lahan yang belum tuntas (100%).

Pembangunan double-double track meliputi: Pembangunan Double-double Track lintas Manggarai – Jatinegara sepanjang 3 km, Pembangunan Elektrifikasi antara Bekasi – Cikarang, Pembangunan Konstruksi antara Bekasi – Jatinegara. Keterlambatan pembangunan double-double track akan berpengaruh terhadap peningkatan biaya yang membutuhkan perhitungan ulang dari konsultan.

Jakarta sebagai kota yang sudah terintegrasi dengan Depok, Bogor, Bekasi, Tangerang dan Cikarang sangat membutuhkan moda transportasi kereta api cepat. Untuk meningkatkan headway kereta api Jakarta-Bekasi-Cikarang, pengembangan jaringan kereta api Jakarta-Bekasi-Cikarang harus terpisah dengan jaringan kereta api antar kota. Peningkatan kapasitas jaringan dapat dilakukan melalui pembangunan jalur double-double track, elektrifikasi dan peningkatan sintelis.

Hingga saat ini, pelayanan kereta api di Jabodetabek belum berbasis transit oriented development sehingga belum ada keterpaduan layanan antar dan intermoda. Kereta api mempunyai keterbatasan dalam pelayanan penumpang point to point sehingga integrasi KA dengan moda transportasi lain akan mengoptimalkan sistem transportasi Jabodetabek.

Pelayanan kereta api bukanlah pelayanan yang mencari untung. Pemerintah perlu menambah subsidi sebagai bentuk public service obligation. Hingga saat ini, subsidi BBM sudah mendekati 300 triliun tetapi subsidi ke moda transportasi kereta api relatif kecil. Untuk meningkatkan pelayanan dan menambah jumlah penumpang kereta api, pemerintah harus menambah subsidi dengan harapan semakin banyak warga Jabodetabek dan Cikarang berpindah dari moda transportasi pribadi ke moda kereta api. (Dosen Teknik Sipil dan Direktur Toba Borneo Institute)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS