Pembangunan Jalan Jakarta Sudah Jenuh

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

JAKARTA, (Tubas) – Untuk memecahkan masalah kemacetan di Jakarta, tak mungkin lagi dengan menambah atau membangun jalan. Pembangunan jalan di Jakarta sudah jenuh, karena luas Jakarta tidak bertambah. Tapi pada sisi lain, di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) ada keterkaitan infrastruktur transportasi antarwilayah ini dan implementasinya.

Demikian hasil rekaman diskusi terbatas para peneliti di Universitas Kristen Indonesia (UKI) yang diselenggarakan LPPMB UKI dan Pusat Penelitian dan Pengkajian Sosial Ekonomi UKI, Jalan Mayjen Sutoyo No 2, Cawang Jakarta Timur, Kamis (23/6) pekan lalu. Diskusi terbatas yang dihadiri para peneliti di bidang ekonomi dan transportasi UKI itu mengambil tema “Keterkaitan Infrastruktur Transportasi Antarwilayah di Kawasan Jabodetabek dan Implementasinya”.

Dr Poerwaningsih S Legowo, MS. Tr. Kepala Pusat Penelitian dan Pengkajian Sosial Ekonomi UKI mengatakan, infrastruktur transportasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi karena infrastruktur itu dapat merangsang aktivitas ekonomi dan akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, dan wilayah tetangga. Studi lain menunjukkan, upaya menaikkan highway capital pada suatu wilayah berasosiasi positif terhadap produk di wilayah bersangkutan, tapi berasosiasi negatif terhadap produk wilayah tetangganya.

“Contoh yang paling jelas, ketika tol Jagorawi dioperasikan tahun 80-an, maka jalur jalan raya Bogor dan daerah Parung yang tadinya ekonominya mulai bertumbuh sebagai alternatif, turun drastis. Demikian juga ketika tol Cipularang dioperasikan 2005, sampai saat ini ekonomi jalur Cianjur-Bandung menurun jauh, hal yang sama terjadi di jalur Purwakarta-Bandung,” katanya. Sebab, jalur non-tol itu sudah sepi.

Pada pihak lain, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bandung dan sekitarnya bertumbuh pesat. Yang menyedihkan moda transport lain, yaitu kereta api mengalami pertumbuhan negatif, bahkan kereta ekonomi Bandung-Jakarta, ada yang tutup akibat beroperasinya tol Cipularang, katanya.

Dikatakan, kawasan Jabodetabek yang terdiri dari lima wilayah, yaitu Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, secara geografis berbatasan satu sama lain dan terkait makin solid melalui infrastruktur transportasi yang menghubungkannya. Keterkaitan itu secara administratif tertuang dalam Inpres No. 13 Tahun 1976 bahwa Jakarta sebagai Ibu Kota Negara dikembangkan ke wilayah-wilayah sekitarnya yang berfungsi sebagai penyangga.

Diskusi terbatas itu hendak menjawab dua pertanyaan penting yaitu bagaimana implementasi hasil studi itu terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah Jabodetabek saat ini dan bagaimana relevansi hasil studi terhadap pertumbuhan negatif ekonomi wilayah itu. Aktivitas ekonomi yang langsung terimplikasi dengan infrastruktur itu ada empat, yaitu perdagangan, transportasi, industri dan rumah-bangunan.

Sementara itu, setelah berbagai tanggapan dari peserta diskusi, dapat disimpulkan, dampak pembangunan infrastruktur transportasi menyisakan pertumbuhan ekonomi negatif; solusi kemacetan Jakarta bukan membangun jalan, tapi memperbanyak kereta api komuter Jabodetabek (MRT), dan angkutan umum massal yang aman dan nyaman.

Sementara itu, Ir SM Doloksaribu, M Ing, Ketua LPPMB UKI menekankan, membangun infrastruktur transportasi tidak bisa lagi parsial, tapi harus bersinergi. “Dan jangan ada seolah persaingan atau kompetisi di antara moda angkutan. Ini bukan kompetisi tapi bersinergi untuk mencari solusi,” katanya. (apul)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS