Pendamping Jokowi Sebaiknya Militer yang Bersih

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

Fadjroel Rachman

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Setelah maraknya pemberitaan tiga calon pendamping Capres Joko Widodo alias Jokowi masing-masing Jusuf Kalla (JK), Ryamizard Ryacudu dan Mahfud MD, justru pengamat politik Fadjroel Rachman belum begitu yakin dengan ketiga calon pendamping tersebut.

“Kalau memang ada niat menyandingkan Jokowi dengan militer, sebaiknya militer yang bersih dan sudah disipilkan,” katanya kepada tubasmedia.com di Jakarta kemarin.

Selain itu dijelaskan, Jokowi tidak perlu didampingi orang yang sudah berpengalaman jadi wakil presiden. Justru itu akan mengakibatkan semakin riskan dalam membagi-bagi kekuasaan.

“Saya setuju dengan yang diinginkan Jokowi, bahwa pendampingnya adalah orang yang bisa menjalin kerja sama yang baik dan mempunyai visi dan misi membangun bangsa Indonesia ke depan,” tegasnya.

Sebab itu menurut Fadjroel, siapa yang akan menjadi wakil presiden tidak bisa berdasarkan bagi-bagi kekusaan. Intinya dikatakan adalah, pendamping Jokowi harus betul-betul yang mampu mengangkat harkat nilai-nilai tujuan berbangsa dan bernegara tanpa ada niat untuk mendapatkan bagian dalam pemerintahan atau mengharapkan membagi-bagi kekuasaan.

Menyangkut wakil dari militer yakni Ryamizard yang saat ini santer diberitakan, dari berbagai factor masih kurang mendukung posisi Jokowi utamanya untuk memenangkan pencapresan nantinya.

“Kalau Ryamizard disandingkan dengan Jokowi, saya tidak yakin bisa mendongkrak perolehan suara dalam Pilpres nanti, justru akan mengurangi. Sebab sosok Ryamizard kurang familiar dan belum berpengalaman dalam dunia sipil,” jelasnya.

Dia mengakui, bila PDI Perjuangan menduetkan Jokowi-JK dalam Pilpres Juni 2014 nanti, cukup menjanjikan untuk perolehan suara dengan catatan, bila memang Partai Golkar yang mengusulkan.

“Pasangan memang berpotensi menang karena elektabilitas JK sebagai wapres tinggi dan dia punya basis suara di Indonesia timur. JK juga populer di kelas menengah,” katanya.

Kendalanya dijelaskan, akan kelihatan pada saat pemerintahan nantinya. Ada kekhawatiran bahwa dia akan jadi Ketum Golkar jika terpilih jadi wapres sehingga bisa menyandera Jokowi dan PDI Perjuangan.

“Pertanyaannya, berani tidak Jokowi dan PDI Perjuangan mengambil risiko tinggi di masa depan dengan potensi JK yang sudah tidak asing lagi dengan sepak terjangnya,”. (ben)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS