Pendidikan Demokrasi yang Bermartabat

Loading

Oleh : Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

JAKARTA – Kehidupan tidak cukup dikelola dengan hal-hal yang serba mengandalkan akal, tetapi juga perlu ditopang oleh kekuatan lain yaitu kearifan sebagai unsur penyeimbang. Kearifan terlahir dari sebuah proses pemahaman yang bersumber dari qalbu seseorang, yang kemudian menjelma menjadi sebuah katub yang dapat mengendalikan hidup dan kehidupan seseorang dalam kesehariannya agar hal-hal yang baik selalu mendapat bobot yang maksimal, tidak sebaliknya.

Menjadi arif/bijaksana berarti memahami kehidupan tidak bersumber dari apa yang tersurat tapi juga harus yang tersirat, mengerti tentang hakekat hidup dan kehidupan. Sistem pendidikan seharusnya dapat menjawab kebutuhan berupa keseimbangan antara akal dan budi. Kalau tidak, bisa membawa manusia menjadi berperilaku seperti “binatang” bahkan bisa lebih dari itu dan sangat berbahaya bagi pembangunan peradaban.

Proses pendidikan dapat dikatakan berhasil bilamana insan didik yang terlahir memiliki pandangan hidup dan sikap hidup yang tidak hanya pintar dan cerdas. Tidak juga mendewakan status sosial dan gelar, tetapi pada dirinya harus lengkap perangkat dan radar yang melekat pada nuraninya yang kita sebut sebagai pemahaman tata nilai.

Dengan demikian, mereka terbebas dan tak terbelenggu lagi kepada aspek kehidupan yang sekedar mendewakan materi/kebendaan, tetapi juga harus mendewakan spiritualitasnya yang kemudian makin lama makin matang untuk memaknai kehidupan ini menjadi lebih arif dan bijaksana di samping cerdas secara intelektual.

Yang pasti, seseorang yang sangat wise akan selalu dapat menghargai nilai-nilai kebersamaan, keberagaman dan tidak menjadi sombong dan angkuh, arogan dan lain-lain, yang merupakan sikap dan pandangan yang serba tidak positif.

Ilmu pengetahuan dan teknologi, memahami tentang makna dan hakekat kehidupan berdasarkan tata nilai yang hidup sepanjang sejarah peradaban manusia di negaranya maupun di negeri-negeri yang lain agar kearifan dapat menjadi bagian pandangan hidup seseorang.

Sisi lain tentu kehidupan demokrasi harus dan wajib melahirkan sosok pribadi seorang demokrat yang berkualitas, yang berpandangan clean and clear, bermartabat, berahlak mulia sebagai pra syarat menjadi sosok yang demokrat.

Jadi, pendidikan demokrasi di Indonesia harus demikian platformnya, tidak asal sekedar berdemokrasi yang sepertinya tanpa arah dan tujuan yang jelas. Pada tataran fraksis, kita boleh sepakat bahwa demokrasi adalah sesuatu yang universal.

Tapi dalam praktek kehidupan yang nyata dalam bernegara dan berbangsa, hal-hal yang universal tadi tidak ada yang boleh melarang tatkala sistem demokrasi dicoba untuk disesuaikan dengan kondisi di negara masing-masing. Maka dari itu kita mengenal istilah demokrasi terpimpin dan demokrasi pancasila di negara kita. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS