Pendidikan Kunci Kekuatan, Inti Keunggulan Peradaban

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Ilustrasi

Ilustrasi

PETER F Drucker, Post Capitalist Society, 1993 mengatakan bahwa kini kita berada di zaman baru. Era dimana keunggulan sebuah negara dan bangsa tidak lagi ditentukan oleh kekayaannya, oleh jumlah penduduknya dan oleh letak geografisnya.

Keunggulan negara dan bangsa (nation state) tersebut berhasil menguasai sumber daya ekonomi terkini, yakni pengetahuan. Masyarakat berbasiskan pengetahuan itu adalah suatu kondisi dimana kekuatan negara ditentukan oleh pekerja-pekerja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan dan yang berpengetahuan sebagai kekuatan inti dalam mengelola organisasi publik, organisasi bisnis dan organisasi nirlaba (sering disebut NGO).

Inilah tantangan besar yang harus kita jawab bersama untuk membangun peradaban di masa yang akan datang. Tantangan tersebut harus dijawab. Catatan kritisnya antara lain adalah bahwa sistem pendidikan dan pengajaran di negeri ini harus dapat menumbuhkan sikap mandiri karena insan yang mandiri dalam hidupnya tidak saja harus bisa melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain, tetapi juga harus berani bertanggungjawab atas semua tindakannya.

Tidak pernah ragu kalau harus membuat keputusan. Dengan kemandirian pula, dapat menjadi sumber/modalitas bagi pengembangan enterpreneurhip. Sistem pendidikan tidak cukup hanya akan menghasilkan insan yang cerdas dan pintar, tetapi lebih dari itu, yakni mempersiapkan insan didik kelak akan tercipta sebuah “bangunan karakter manusia handal (Khairu Ummah) yang hadir sebagai sumber daya yang amat luar biasa penting bagi kemajuan dan kemakmuran bumi.

Pendidikan yang mampu mengalirkan integritas, komitmen, visi serta kemandirian. Tidak narsis, lebay, tapi mampu menciptakan komunitas yang menjunjung tinggi nilai keagungan. Lebih baik tangan di atas dari pada tangan di bawah. Selalu berada pada jalur untuk berlomba dalam kebaikan (fastabikhulchairot).

Dan secara kolosal akan menciptakan insan-insan kamil bukan hanya sebagai para pencari kerja, tetapi juga para pencipta lapangan kerja. Inilah cita-cita kita bersama. Nilai paling mulia dari sebuah proses pendidikan adalah teciptanya manusia yang menguasai pengetahuan, bukan pengetahuan yang menguasai manusia.

Mari kita camkan bersama testimoni tersebut. Apa yang terrjadi kalau pengetahuan yang menguasai manusia? Boleh jadi para fisikawan akan asyik membuat senjata pemusnah massal. Akuntan yang memanipulasi neraca, pengacara dan para ahli hukum yang hanya pintar “menghalalkan” “segala cara” untuk memenangkan perkara.

Hakim hanya menjadi para pengikut KUHP (Kasih Uang Habis Perkara). Para politisi yang hanya bikin gaduh dan berkorupsi ria dimana-mana, bukan memikirkan negara dan bangsa. Semoga dapat kita renungkan bersama demi Indonesia tercinta. ***

CATEGORIES
TAGS