Pendidikan Pilar Industrialisasi

Loading

Oleh : Fauzi Azis

Fauzi Azis

Fauzi Azis

DALAM khasanah akademis, kita mengenal istilah ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan iptek hanya bisa dikuasai jika masyarakatnya berpendidikan. Industrialisasi yang dijalankan oleh suatu negara akan tumbuh dan berkembang secara meyakinkan bila prosesnya berjalan seiring dengan kemajuan di bidang penguasaan bidang iptek.

Boleh dikata iptek adalah jantungnya industrialisasi dan hanya akan tumbuh kalau masyarakatnya terdidik dan berpendidikan. Sub sistem yang lain, misalnya sumber daya alam, sumber daya finansial dan infrastruktur adalah juga penting tapi bukan yang pokok dalam proses industrialisasi.

Investasi juga hanya sekedar alat bukan tujuan dalam berindustri. Ingat industrialisasi bukan sekedar mendirikan pabrik, tapi mengandung makna yang lebih luas dari itu, termasuk dalam hal ini membangun masyarakat industri. Pendidikan dan industrialisasi ibarat sekeping mata uang.

Industrialisasi yang berkembang dengan pesat, pasti akan membutuhkan sumber daya manusia yang tidak sedikit dalam berbagai kualifikasinya. Dari tenaga operator, managerial sampai dengan tenaga ahli yang bergerak di bidang pengembangan litbang dan pengembangan sistem pendidikan dan pelatihannya itu sendiri.

Link and match antara kegiatan industri dan pendidikan menjadi suatu keharusan. Karena itu, lembaga pendidikan dari sisi suplai semestinya harus dapat menjawab kebutuhan SDM industri yang demand-nya tidak terbatas hanya di pasar tenaga kerja di dalam maupun di luar negeri.

Ini sebuah tantangan yang harus dijawab oleh lembaga pendidikan di dalam negeri yang perkembangannya begitu pesat dewasa ini. Hasil dari sebuah proses pendidikan jangan sampai menjadi beban ekonomi nasional sebagai akibat dari makin membesarnya impor tenaga SDM terampil dari berbagai negara.

Jika kondisi semacam ini yang terjadi, maka dampak yang bisa kita rasakan minimal ada dua hal. Pertama, neraca jasa nasional pasti akan tertekan bahkan bisa menjurus defisit yang pada akhirnya akan berujung menekan posisi neraca transaksi berjalan dan neraca pembayaran.

Kedua, publik bisa menilai bahwa jika hasil pendidikan tidak sepenuhnya bisa memenuhi kebutuhan SDM trampil, profesional dan berkeahlian di berbagai ceruk pasar tenaga kerja, maka sistem pendidikan dianggap tidak berhasil. Oleh sebab itu, dalam rangka mendukung proses industrialisasi, mutlak diperlukan adanya link and match antara pendidikan dan dunia industri.

Kemitraan by design antara industri dan dunia usaha harus terjadi secara nyata. Pemerintah harus bisa memberikan insentif fiskal yang memadai untuk mendukung progam ini. WTO (World Trade Organization) menghalalkan bagi negara mana pun tanpa kecuali untuk memberikan subsidi bagi pengembangan SDM industrial ini.

Bukan hanya sekedar single deduction fasilitas fiskal yang dapat diberikan (misal 100% bebas pajak) tetapi bisa diberikan dalam skala double deduction (bisa 150% atau lebih). Angka 50% atau lebih itulah bentuk subsidinya yang ditanggung oleh pemerintah. Subsidi yang sama juga berlaku bagi industri yang melakukan kegiatan riset dan pengembangan.

Maka dari itu, kesimpulan yang dapat ditarik adalah sistem pendidikan dan pelatihan serta kegiatan riset dan pengembangan adalah pilar industrialisasi untuk mengembangkan produktifitas dan daya saingnya, baik di pasar lokal, regional maupun global.

Ke depan, insentif fiskal harus lebih banyak diberikan ke kedua kegiatan tersebut dalam mendukung kegiatan pengembangan industri nasional. Apalagi WTO membolehkan adanya pemberian subsidi bagi industri yang menyelenggarakan kegiatan di bidang-bidang tersebut. Rugi kalau fasilitas ini tidak kita manfaatkan. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS