Penelitian di Perguruan Tinggi, Dimanakah Keberadaanmu ?

Loading

Oleh: Drs Soebiyanto, M.Or., M.Pd.

 

EKSISTENSI perguruan tinggi dalam perwujudan Tri Dharmanya terlebih pada era globalisasi dituntut mampu memprediksi dan menemukan hal-hal baru yang dapat memberi alternatif pemecahan masalah lokal maupun global berbasis iptek.

Oleh karenanya, implementasi pengembangan iptek mempunyai peranan strategis dalam menumbuhkan daya saing. Perguruan tinggi mestinya tidak hanya mengembangkan academic skill, melainkan juga harus mengembangkan practical skill atau setidaknya usaha-usaha kearah itu.

Berkenaan dengan otonomi daerah di bidang pendidikan dan pemberdayaan perguruan tinggi, mestinya memacu perguruan tinggi untuk tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi daerah dimana perguruan tinggi itu berada.

Hal ini pulalah yang mendasari untuk menumbuhkembangkan sikap sebagai kontributor pengembangan daerah tersebut. Pengembangan yang akan menaikkan daya saing, tentunya tidak melulu pada pengembangan basic science, tetapi harus dilakukan lewat multi disiplin ilmu

Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak penelitian yang dilakukan di perguruan tinggi, baik yang berupa skripsi, tesis, disertasi maupun penelitian-penelitian yang dibiayai pemerintah (DIKTI), tidak dapat langsung dimanfaatkan oleh industri maupun masyarakat.

Hal ini tentu saja menyebabkan penelitian-penelitian ini hanya sampai pada gelar-gelar yang disandang, untuk kenaikan pangkat dan terpampang pada perpustakaan di perguruan tinggi masing-masing.

Penelitian-penelitian yang ada kebanyakan kurang mempunyai nilai jual yang tinggi, sehingga tidak menarik perhatian industri-industri untuk membelinya. Kerjasama dengan industri pun hampir jarang  dilakukan, sehingga hasil-hasil penelitian tidak dapat dinikmati oleh masyarakat.

Kiprah perguruan tinggi dalam pengembangan iptek, secara tidak langsung akan menentukan bobot perguruan tinggi tersebut atau dengan kata lain KUALITAS penelitian merupakan salah satu parameter penentu bobot perguruan tinggi tersebut. Hal ini adalah wajar, dikarenakan perguruan tinggi mestinya juga harus familiar dengan “Budaya Bacon”.

Pendekatan Bacon dalam mendemonstrasikan suatu fakta merupakan cikal bakal penelitian, yang telah memacu perkembangan iptek dunia.

Francis Bacon (1561-1626) adalah Bacon lain yang lebih sistematis dalam memanfaatkan para skolar untuk mengembangkan iptek. Dia membangkitkan House of Solomon, tempat mangkalnya para pemikir untuk melakukan observasi dan percobaan-percobaan. Konsep inilah yang telah banyak menghasilkan inovasi dan ilmu pengetahuan baru. House of Solomon identik dengan perguruan tinggi. Itu artinya misi utama suatu perguruan tinggi adalah mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi umat manusia.

Makin Rendah

Tetapi sayangnya kultur masyarakat kita lebih menghargai pengembangan “ilmu pengetahuan yang cenderung mengernyitkan dahi” atau yang berbau eksak, sehingga makin rendahlah pemahaman akan realitas sosial selama ini.

Kalau kita menilik dari tahun ketahun betapa luar biasa, pemerintah memberikan dana yang besar pada perguruan tinggi untuk dana hibah penelitian, mestinya ini ditangkap oleh perguruan tinggi sebagai suatu yang menggembirakan, bukan hanya suatu bentuk perhatian pemerintah dalam bidang penelitian, tetapi lebih bagi kita-masyarakat perguruan tinggi untuk lebih bisa mengejawantahkan “Budaya Bacon”, sehingga akan melahirkan penelitian-penelitian “yang betul-betul baru” dan tidak serta merta bersifat pengulangan dari penelitian yang sudah ada.

Disamping itu akan lebih baik jika perguruan tinggi melakukan penelitian yang merupakan kekhasan perguruan tinggi tersebut. Karena penelitian selama ini hanya bersifat sporadis, sendiri-sendiri dan tidak mengarah pada suatu permasalahan khas wilayah.

Jika hal itu dapat dilaksanakan, diharapkan keberadaan perguruan tinggi betul-betul dapat memberikan kontribusi langsung di daerah dimana perguruan tinggi tersebut berada.

Hingga akhirnya kita-masyarakat perguruan tinggi akan sampai pada paradigma: jangan sampai biaya yang telah dikeluarkan oleh Negara untuk membiayai penelitian bagi perguruan tinggi, akan berakhir dengan sia-sia pula.(penulis, dosen pada fakultas ilmu kesehatan, Universitas Setia Budi Surakarta).

 

CATEGORIES
TAGS