Pengamat: Musyawarah Kekayaan Bangsa Kita

Loading

101114-nas-1

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Musyawarah dan mufakat bukan hanya “senjata” ampuh untuk mengambil keputusan demi masyarakat luas. Itu bagian dari pengalaman kita berbangsa dan bernegara. Itu kekayaan bangsa kita.

Begitu dikemukakan pengamat politik dan lingkungan, Sahat Marojahan Doloksaribu, kepada tubasmedia.com di Jakarta, Minggu (9/11/2014) malam. Ia mengatakan, untuk dapat menerapkan musyawarah dan mufakat diperlukan kemampuan dan keterampilan berunding dan bernegosiasi.

Pandangan mengenai pentingnya musyawarah dan mufakat itu disampaikan Sahat terkait dengan dicapainya kesepakatan mengenai pengisian pimpinan alat kelengkapan dewan oleh Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) di DPR lewat pertemuan-pertemuan elite partai politik.

Politikus senior PDI-P Pramono Anung, Wakil Ketua Umum Fadel Muhammad, dan Zulkifli Hasan, politikus senior Partai Amanat Nasional (PAN), yang juga Ketua MPR, Minggu, membenarkan dicapainya kesepakatan itu. Di antaranya, Pramono Anung memastikan, KIH mendapat jatah beberapa kursi pimpinan komisi yang sebelumnya dipegang KMP. Sedang Fadel mengatakan, tinggal menunggu diteken Aburizal Bakrie, sebagai Ketua Presidium Koalisi Merah Putih.

Menurut Sahat, upaya para elite parpol menyelesaikan “keterbelahan DPR” belakangan ini merupakan keharusan. Ada pelajaran yang dapat kita petik dari masalah tersebut, yakni tentang nilai-nilai demokrasi, terutama tentang musyawarah dan kebersamaan.

Ia berpendapat, kalau sudah tidak ada lagi ruang untuk berunding dan bernegosiasi, itu berarti tidak ada lagi pemahaman dan penghayatan mengenai keindonesiaan. (ender)

CATEGORIES
TAGS