Penguatan Laju Rupiah Tak Pengaruhi Laju Pasar Obligasi

Loading

index40

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Head of Research NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada memaparkan, laju pasar obligasi di pekan kemarin tampaknya kurang fit untuk dapat melanjutkan kenaikannya di pekan sebelumnya. Bahkan dengan penguatan laju Rupiah juga tidak banyak berpengaruh pada laju pasar obligasi.

Kemungkinan minimnya sentimen positif bagi pasar obligasi yang diikuti jelang libur panjang membuat pelaku pasar tidak banyak melakukan transaksi di pasar obligasi seperti di pekan sebelumnya. Penurunan ini terjadi di tengah kenaikan transaksi obligasi global.
“Terlihat pergerakan harga obligasi, khususnya harga obligasi Pemerintah yang berbalik turun yang terefleksi dari naiknya yield yang merata pada seluruh tenor,” ujar Reza, Senin (6/4/15).

Penurunan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor menengah (5-7 tahun). Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan rata-data yield 7,83 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 14,04 bps; dan tenor panjang (8-30 tahun) turut mengalami kenaikan yield hingga 10,90 bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo ±4 tahun gagal melanjutkan kenaikan harganya dan jatuh hingga 39,16 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo ±9 tahun berbalik turun harganya hingga 44,61 bps.

Di pekan kemarin, Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Lelang Surat Utang Negara (SUN) untuk seri sebagai berikut:

a. Seri SPN03150701 (new issuance) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 1 Juli 2015;

b. Seri SPN12160401 (new issuance) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 1 April 2016;

c. Seri FR0070 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,375% (delapan koma tiga tujuh lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2024;

d. Seri FR0068 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,375% (delapan koma tiga tujuh lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2034.

“Total penawaran yang masuk sebesar Rp15,19 triliun dimana seri FR0070 memiliki penawaran yang masuk lebih tinggi sebesar Rp 4,99 triliun dengan nilai yang dimenangkan ialah sebesar Rp 3,9 triliun,” papar Reza.

Di sisi lain, untuk total keseluruhan penawaran yang dimenangkan senilai Rp 10 triliun. Total penawaran yang masuk lebih rendah dari total penawaran yang masuk sebelumnya sebesar Rp 17,28 triliun namun, dengan penyerapan kali ini yang lebih tinggi.

Dari empat seri SBSN yang di tawarkan, Pemerintah menyerap seluruhnya. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan untuk setiap seri a.l Seri SPN03150701 (5,40%); Seri SPN12160401 (6,11%); Seri FR0070 (7,44%); dan Seri FR0068 (7,78%). Dari sisi bid to cover ratio memperlihatkan bahwa angka yang paling besar rasionya senilai 3,52x pada seri Seri SPN03150701 yang berdurasi lebih pendek.

Tampaknya harapan sebelumnya agar laju pasar obligasi dapat bergerak stabil tidak terjadi. Pelaku pasar lebih memilih untuk profit taking dibandingkan mempertahankan aksi belinya. Masih turunnya total penawaran lelang SUN tersebut memberikan gambaran masih belum terlalu kondusifnya kondisi pasar di pekan kemarin seiring dengan berbagai macam sentimen.

Meski kali ini, pemerintah banyak melakukan penyerapan namun, kurang memberikan tenaga bagi pasar obligasi untuk tetap di zona hijaunya. Di pekan depan, potensi penurunan masih dimungkinkan jika aksi jual masih berlanjut meski kami masih mengharapkan laju pasar obligasi dapat lebih stabil.

“Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang ±27 hingga 45 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada,” tutur Reza. (angga)

CATEGORIES
TAGS