Perajin Payung Geulis Tasikmalaya “Hidup Segan Mati Tak Mau”

Loading

Laporan: Redaksi

Perajin Payung Geulis

Perajin Payung Geulis

TASIKMALAYA, (TubasMedia.Com) – Perajin payung geulis di Tasikmalaya, Jawa Barat, dalam kondisi “hidup segan mati tak mau”. Alasannya, kegiatan usaha tradisional itu belum mendapat perhatian serius dari Pemda setempat. Payung geulis asal Tasikmalaya, pernah tersohor dan membawa nama Tasikmalaya ke kancah nasional.

Menurut Asep (35), seorang perajin payung geulis dari Kota Tasikmalaya mengungkapkan usaha yang dilakoni hanya sebatas menjaga kelestarian warisan leluhur agar tidak punah ditelan zaman. Asep merupakan cucu H. Sarod (alm) perintis kerajinan payung geulis yang pernah berjaya pada era Orba.

Saat itu, H. Sarod mendapatkan penghargaan Kalpataru dari pemerintah. Payung geulis merupakan kebanggaan masyarakat Jawa Barat yang dielu-elukan Pemda Tasikmalaya.

Namun demikian, tambah Asep apa harus dikata payung geulis hanya tinggal kenangan, kegiatan perajin tidak dapat diandalkan. Pasalnya, kalau hanya mengandalkan usaha payung, kebutuhan hidup sehari-hari keluarga tidak akan terpenuhi, karena beban produksi yang harus dikeluarkan masih cukup besar. Pemda tidak membantu pemasaran mau pun permodalan.

Selain itu, harga jual payung geulis tidak stabil. Satu unit payung, beban produksi mulai dari pembuatan rangka hingga upah melukis bisa mencapai Rp 12.500. Harga payung yang sudah jadi per unitnya sekitar Rp 15.000 hingga Rp 17.000. Harga bahan baku kertas, cat dan bahan baku lainnya naik dan bandar payung tetap tidak mau menaikan harga payung geulis.

“Payung Geulis asal Tasikmalaya, kini hanya tinggal kenangan nama, bagai pepatah hidup segan mati tak mau. Pemda setempat bersikap acuh tak acuh saja. Perajin hanya dibutuhkan saat ada pameran karena tamu hanya sekedar ingin mengetahui proses pembuatannya,” ungkap Asep.

Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi dan UKM, H. Tantan Rustandi tidak banyak komentar, hanya mengatakan para perajin payung geulis dapat bergabung dalam sebuah wadah koperasi usaha payung geulis di Kota Tasikmalaya.

“Mereka kurang memiliki sense of unity, sehingga timbul persaingan kurang sehat yang secara otomatis merugikan mereka sendiri, karena posisi tawarnya menjadi lemah,” kata Tantan. (hakri)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS