Site icon TubasMedia.com

Perkembangan Pasar Tidak Serta Merta Mendorong Pertumbuhan Industri

Loading

Perkembangan Pasar Tidak Serta Merta Mendorong Pertumbuhan Industri

Oleh: Fauzi Aziz

 

PERTAMA, gabungan antara konsumsi, investasi dan ekspor adalah faktor yang mempengaruhi permintaan agregat. Begitu pentingnya ketiga variable tersebut, dan kita bisa bayangkan jika mereka kompak ngambek, apa kata dunia. Mungkin dunia yang glamour mendadak sepi. Selat Malaka mungkin juga akan lengang. Begitu pula jalan bebas hambatan menuju antar kota antar propinsi akan nampak seperti lapangan sepak bola. Hal ini terjadi akibat demand agregat mengalami shock berat, mobilitas barang dan jasa serta orang turun drastis.

KEDUA, penulis akan coba lihat salah satu faktor yang buat Indonesia ini sesuatu banget, yakni pengeluaran konsumsi yang setiap tahun menyumbang rata-rata 56% terhadap PDB. Ini luar biasa karena konsumen Indonesia menjadi penyangga perekonomian nasional hampir sepanjang tahun. Pemerintah harus berterima kasih kepada mereka. Buying power-nya tinggi. Pertumbuhannya bisa saja naik turun, namun kontribusinya cenderung konstan di angka rata-rata 56% terhadap PDB. Investasi paling tinggi rata -rata menyumbang PDB 30%, ekspor rata-rata 23% per tahun . Konon golongan kelas menengah Indonesia yang ikut menyangga pertumbuhan ekonomi nasional jumlahnya sekitar separoh penduduk Indonesia.

KETIGA, mereka punya buying power  yang berarti mereka mampu memupuk pendapatan dan mengelolanya dengan baik. Mereka tidak sekedar berperan sebagai konsumen saja, tapi mereka juga mampu menjadi penabung dan menjadi investor, membayar pajak,karena  faham tentang manfaatnya. Bagi yang moslem, mereka bisa membayar zakat mal sebesar 2,5% setiap tahun, dan wakaf tunai untuk disalurkan kepada yang berhak menerimanya.

Kenapa bisa begitu? Karena konsumen kelas menengah sudah begitu besar, faham tentang cara mengelola aset sehingga mereka mampu menjadi  lokomotif pertumbuhan ekonomi yang powerfull.. Konsumen kelas menengah umumnya memiliki pendapatan “menganggur” ( discretionarry income) yang cukup memadai. Rules of thumb yang berlalu umum adalah mereka yang mempunyai discretionarry income 1/3 dari keseluruhan pendapatannya.

KEEMPAT, pendapatan menganggur itulah yang dipakai untuk belanja barang-barang konsumsi,membeli  apartemen,mobil, gadget, berlangganan TV cable, wifi, layanan perbankan dan asuransi, reksadana, wisata ke luar negeri dan dalam negeri dan sebagainya. Kuatnya permintaan dari kelas menengah ini yang mestinya mendorong pertumbuhan industri secara meluas, yang pada gilirannya menggerakkan laju pertumbuhan ekonomi secara . keseluruhan.

Ada sedikit yang mengganggu bahwa ternyata perkembangan tersebut tidak serta merta mendorong pertumbuhan industri dan ini bisa dilihat ketika industri belum bisa melepaskan dari pertumbuhan rendah. Pada tahun 2019,ketika ekonomi tumbuh 5,02% , industri pengolahan hanya tumbuh 3,80%.Tahun 2020 ekonomi mengalami pertumbuhan negatif (-2,07%), industri pengolahan tumbuh negatif (-2, 96%).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh 5,04% tahun 2019,dan pada tahun 2020 tumbuh negatif (-2 63%). Di luar itu sebagai pendorong demand agregat yang lain, yakni investasi (pembentukan modal tetap bruto) tumbuh 4,45% tahun 2019,namun menjadi tumbuh (-4, 95%) tahun 2020.Ekspor tahun 2019 tumbuh negatif (-0, 86%), dan di tahun 2020 menjadi negatif (- 7,70%). Secara langsung berdampak terhadap pertumbuhan impor yang pada tahun 2019 telah mengalami pertumbuhan negatif(-7, 39%) menjadi (-14, 77%.Meskipun demikian, PDB tahun 2020 tetap berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi sebesar 89,40% . Semua data tersebut di atas bersumber dari BPS.

KELIMA, siapa sesungguhnya mereka itu? Mereka adalah golongan orang kaya, sosialita, yutubers, selebritas, pegawai BUMN/BUMS, para profesional, para anggota MPR/DPR/DPD/DPRD, ASN, pilot dan pramugari, para dosen, guru, dokter dan paramedis dan sebagainya.

Meskipun demikian tetap harus diberi catatan, yakni : 1) mereka lebih terdidik dan lebih berpengetahuan. 2) mereka lebih rasional dan sangat kritis dalam menentukan pembelian. 3) sangat value oriented, artinya mereka sangat kritis menimbang-nimbang dan mengkaji produk yang ditawarkan. 4) mereka memiliki global mindset, tapi tidak membabi buta dalam mengkonsumsi merek-merek global. Semua itu menjadi tantangan berat bagi pelaksanaan P3DN di dalam negeri,bahkan di luar negeri. CK Prahalad sudah mengingatkan pada para pemasok bahwa the future of competition is co- creating unique value with customers.

KEENAM, demand agregat pertumbuhannya sangat ditunggu para pelaku pasar yang berada dalam kelompok supply agregat. Tiga segment besarnya adalah konsumsi, investasi, dan ekspor. Jika sektor manufaktur mau terhindar dari pertumbuhan rendah yang berakibat pada rendahnya kontribusi terhadap PDB dan terhadap global value chain, maka menguasai segmen pasar konsumsi, investasi dan ekspor harus maksimal.

Ada dua catatan penting dapat disampaikan bahwa 1) nampaknya tidak ada contoh suatu negara yang mampu mencapai pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi yang pesat tanpa laju investasi yang relatif tinggi. 2) pasar domestik, bahkan yang terletak di negara berkembang terbesar sekalipun seperti China dan Indonesia umumnya tidak cukup besar mempunyai energi guna mendukung efisiensi sekala produksi sektor industrinya. 3) untuk menghasilkan output industri secara efisien  pada tingkat harga yang berlaku di pasar dunia, dibutuhkan jalur pemasokan barang modal dan bahan baku/penolong dengan biaya rendah. (penulis adalah pemerhati ekonomi dan industri tinggal di Jakarta)

Exit mobile version