Site icon TubasMedia.com

Perlu Dikaji, Golput Membengkak dalam Pemilukada DKI Jakarta

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Perlu dikaji pemaparan data dari berbagai lembaga survei mengenai meningkatnya golongan putih (tidak memilih alias golput) pada putaran pertama Pemilukada DKI Jakarta.

Jumlah golput tidak separah yang diungkapkan lembaga servei yang jumlahnya hampir mencapai 50 persen pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). “Itu perlu dikaji, walaupun benar ada golput, tetapi saya belum yakin sebelum ada penelitian resmi.PDI Perjuangan tidak akan diam melihat kenyataan itu,” kata anggota DPR dari PDI Perjuangan Trimedya Panjaitan kepada tubasmedia.com, di Jakarta, baru-baru ini.

Menurut Trimedya PDI Perjuangan tidak akan diam bila di masyarakat simpatisan PDI Perjuangan sampai tidak memilih. Segala upaya akan dilakukan untuk mengajak masyarakat memberikan suaranya dalam setiap Pemilu termasuk Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua. Melambungnya jumlah suara golput (tidak memilih) pada Pemilukada DKI Jakarta putaran pertama, tidak lepas dari sosok para peserta calon gubernur dan wakil gubernur, termasuk minimnya sosialiaasi pelaksanaan Pemilukada. Tetapi yang lebih signifikan masyarakat kurang peduli dengan pesta demokrasi tersebut karena tidak berpengaruh langsung dalam kehidupannya sehari-hari.

Isu SARA (suku, agama, ras dan antar golongan) yang dihembuskan dinilai Trimedya termasuk salah satu kemungkinan yang akan berpengaruh langsung pada meningkatnya golput pada putaran kedua yang diikuti Jokowi dan Foke. Kalau pemilih yang menggunakan atau terkena kampanye dengan isu SARA menurut pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara, Wara Sinuhaji, mereka berkecenderungan akan menjadi golput.

Penggunaan isu SARA biasanya ditargetkan kepada pemilih konservatif yang mudah terpengaruh. Isu SARA menjadi kontraproduktif bagi para pemilih moderat. Menurut Wara, semakin gencar isu SARA digunakan hasilnya justru semakin kontraproduktif. Demikian juga halnya bagi kalangan swing voters yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam Pemilukada putaran pertama. “Makin gencar isu agama yang dipakai malah semakin kontraproduktif. Pilihan elite belum tentu diikuti oleh grass root,” jelas Wara.

Meski diserang dengan isu terkait suku, agama, ras dan antar golongan (SARA), tim sukses pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) tetap optimistis menghadapi putaran kedua mendatang. Timses yakin, isu negatif tidak akan mengubah dukungan terhadap pasangan yang mengusung konsep Jakarta Baru.

Seorang timses pasangan ini Jokwi-Ahok, Boy Sadikin mengatakan, isu SARA kini dipakai untuk menyerang karena si penyerang tidak lagi bisa menyudutkan Jokowi yang masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. “Dari dulu Basuki jadi target karena Jokowi tidak bisa diserang dari berbagai sisi. Tuduhan ke Basuki memang aneh-aneh tapi biarkan, masyarakat sudah bisa mencerna mana yang benar,” katanya.

Timses menurut Boy Sadikin, memang tidak dapat menghadang isu negatif yang dilancarkan melalui jejaring media sosial termasuk layanan Black Berry Messenger. Tapi, timses akan tetap meyakinkan pemilih bahwa isu yang beredar sebagai kampanye negatif.

Menurut pengamat politik dari Paramadina, Fadjroel Rachman, masyarakat tidak merasakan langsung apa yang diperbuat oleh para pimpinannya. “Bagi masyarakat, siapapun yang jadi pemimpin, tidak ada kepentingannnya dan inilah yang membuat masyarakat malas menyalurkan aspirasinya karena memang tidak ada pengaruhnya,” tegasnya.

Kepedulian ini semakin nyata ketika seorang pemimpin yang jadi, tidak pernah melaksanakan atau memberikan yang terbaik kepada masyarakat yang dijandjikan pada saat kampanye. “Boro-boro ingat janji, tidak membodhi masyarakat dengan korupsi sudah bagus,” kata Fadjroel.

Intinya , tambah Fadjroel, sosok pemimpin yang diharapkan sangat mempengaruhi meningkatkan jumlah peserta pemilu ditambah lagi dengan kejujuran pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan pesta demokrasi. Artinya, seperti komisi pemilihan umum harus tegas dan berani dalam melaksanakan tugasnya dengan sejujur-jujurnya tanpa ada keberpihakan. (aru)

Exit mobile version