Perlu Pembuktian Yuridis Siapa Saja yang “Bermain” dibalik Petral ?

Loading

index

JAKARTA, (tubasmedia.com)- Pertamina Energy Trading Limited (Petral) telah “dieksekusi mati” oleh Menteri Energy dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said.

Namun, berbagai lapisan masyarakat sebagai nara sumber tubasmnedia.com berharap Menteri ESDM tidak berhenti sekedar membubarkan Petra. Tapi perlu pembuktian yuridis siapa saja yang “bermain” selama ini di balik Petra.

Masalahnya, hingga saat ini masih dalam pembuktian secara de facto belum masuk ke rana pembuktian yuridis siapa saja yang “bermain” di balik sindikat Mafia Migas selama ini.

Namun indikasi mengguritanya “permainan” Mafia Migas selama puluhan tahun dapat dipastikan adalah sebagai penyebab dibubarkannya Petral pada Rabu (13/5/15).

Apakah faktor kelalaian, kesengajaan, pemborosan dan atau penggerogotan sebagai penyebab raibnya keuangan negera sebesar Rp 250 miliar per hari itu ?

Faktanya, begitu Petral dibubarkan Pertamina langsung berhasil meraih penghematan sebesar Rp 250 miliar per hari yang selama puluhan tahun era pemerintahan sebelumnya terhamburkan begitu saja.

Di tengah berlangsungnya diskusi dengan thema “Energi Kita” pada hari Minggu (17/5/15) di Jakarta, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, memaparkan, transaksi impor minyak yang beredar setiap hari mencapai 150 juta dollar AS atau setara Rp 1,7 triliun per hari.

Namun setelah pembubaran Petral, Pertamina langsung bisa menghemat setiap harinya sebesar 22 juta dollar Amerika atau setara Rp 250 miliar.

Padahal, tegas Sudirman Said, pembubaran Petral bukanlah hal yang sulit karena yang dibutuhkan pemerintah adalah keberanian dan komitmen untuk mewujudkan tata kelola migas yang bersih.

“Ini suatu yang sederhana, hanya soal keberanian memberantas yang mau menyogok. Bukan enggak boleh jualan, hanya saja harus mengikuti tata kelola yang berlaku,” tandasnya.

Bahkan, ekonom Faisal Basri berkeyakinan dengan pembubaran Petral tersebut akan lebih memudahkan pemerintah untuk menjaring Mafia Migas.

Faisal, mantan anggota Tim Pemberantasan Mafia Migas itu   mengibaratkan, pembubaran Petral tak ubahnya membakar sarang tawon. Begitu sarangnya dibakar, tawonnya bertebaran.

Menurut Faisal dengan bubarnya Petral, ada yang emosi sehingga memudahkan pemerintah untuk memetakan siapa saja orang di balik sindikat Mafia Migas itu.

Begitu juga dengan Menteri ESDM, sadar betul banyak pihak yang tidak setuju dengan pembubaran Petral. Namun sebagaimana dinyatakan Sudirman, sama sekali dia tidak takut kendati atas kebijakan membubarkan Petral itu harus mempertaruhkan jabatannya.

“Mandat saya, pertama, menertibkan Kementerian ESDM, orang-orang yang melawan dan bikin repot adalah orang-orang yang tidak mau ESDM tertib. Perkara menteri diganti penertiban ESDM harus tetap jalan,” tegas Sudirman. (marto tobing)

 

CATEGORIES
TAGS