Pernyataan Terbaru dari Korea Utara

Loading

Oleh: Enderson Tambunan

Enderson Tambunan

Enderson Tambunan

PERNYATAAN terbaru dari Korea Utara bahwa negara itu dalam keadaan siap perang, menjadi topik hangat media massa global dalam dua hari, Sabtu dan Minggu (30-31 Maret 2013). Sebelumnya, Korut telah beberapa kali mengeluarkan ancaman yang ditujukan kepada tetangganya yang paling dekat, Korea Selatan, serta Amerika Serikat.

Berita yang dirilis oleh Kantor Berita Korut, KCNA dan dikutip kantor berita AFP, Sabtu (30/3), menyebutkan, Korea Utara secara resmi menyatakan masuk “keadaan perang” dengan Korea Selatan. Korut pun mengingatkan, setiap provokasi akan dengan cepat merembet menjadi perang nuklir.

Sejauh itu, tidak ada laporan mengenai pergerakan pasukan di kedua negara. Bahkan laporan media edisi Senin (1/4) menyebutkan, kawasan industri Kaesong, hasil kerja sama kedua Korea, masih beroperasi hingga Minggu. Kawasan industri di Kota Kaesong, perbatasan wilayah Korut, itu, terdapat sekitar 120 perusahaan asal Korsel, yang mempekerjakan 53.000 warga Korut.

Pengamat menilai, pengumuman itu menjadi ancaman terkeras dari Pyongyang, setelah muncul peringatan keras dari Korea Selatan dan Amerika Serikat, yang menimbulkan kekhawatiran dunia bahwa situasi akan menjadi tak terkendali. Mata dunia pun kembali ditujukan ke Semenanjung Korea, yang makin sering memanas sejak kedua Korea itu terlibat dalam perang, periode 1950-1953, yang diakhiri dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Lalu, dua pekan lalu, pemerintah Korea Utara menyatakan, memutuskan hotline dengan Korea Selatan, yang menjadi saluran penghubung utama dalam menegakkan gencatan senjata.

Dalam pernyataan terbaru itu, Korut memperingatkan, setiap provokasi militer dekat perairan Korea akan menciptakan konflik skala luas dan perang nuklir. Sebelumnya, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un, memerintahkan persiapan serangan rudal strategis ke daratan Amerika Serikat dan pangkalan-pangkalan militernya setelah bomber siluman AS terbang di atas wilayah udara Korea. Perintah penguasa Korut itu dikeluarkan setelah Menteri Pertahanan AS, Chuck Hagel, menyatakan, Washington siap menjawab setiap kemungkinan terburuk.

Kabarnya, dalam rapat darurat dengan para panglima militernya, beberapa jam setelah bomber siluman B-2 digelar dalam latihan bersama AS-Korea Selatan, Kim memerintahkan unit-unit roketnya untuk siap. Katanya pula, Korut tak ingin melancarkan serangan, namun penerbangan bomber siluman B-2 sudah lebih dari sekadar demonstrasi kekuatan dan membuktikan AS akan memicu perang nuklir. Amerika dan Korsel, selama beberapa hari terakhir memang menyelenggarakan latihan militer bersama, dengan mengerahkan kekuatan besar, yang tentu membuat Korut galau.

Menahan Diri

Bagaimana Rusia memandang pernyataan dalam “keadaan perang” Korut itu? Merujuk berita media massa, Rusia mengeluarkan pernyataan lembut, dengan menyerukan semua pihak untuk bertanggung jawab dan menahan diri.

Grigory Logvinov, pejabat Kemenlu Rusia yang ditugasi menangani masalah Korea Utara, mengemukakan, pihaknya mengharapkan semua pihak menunjukkan tanggung jawab maksimum dan menahan diri dan tidak satu pihak pun melintasi garis itu, sebab setelah itu tidak akan ada jalan untuk kembali.

Seperti diberitakan kantor berita Interfax, Logvinov mengatakan, Rusia tetap menjalin kontak dengan mitra-mitranya yang terlibat dalam perundingan nuklir enam negara, termasuk dua Korea, China, AS, dan Jepang.

Menyikapai suasana memanas itu, Thailand menyatakan bersiap-siap mengevakuasi warganya dari Korea Selatan ke Jepang, jika sewaktu-waktu perang meletus. Menteri Tenaga Kerja Pademchai Sasomsap menginstruksikan duta besarnya di Seoul untuk merencanakan evakuasi cepat bagi seluruh warganya di Korsel.

Menurut Pademchai, seperti dikutip situs The Nation, Minggu, rencana darurat, di antaranya, mendirikan tempat penampungan sementara di Busan, menetapkan jadwal penerbangan dan pelayaran untuk mengangkut warga Thailand, yang sebagian besar pekerja kontraktor, ke Jepang.

Begitulah, suasana makin panas di Semenanjung Korea tentu mengkhawatirkan dunia, terutama kawasan di Asia. Bagaimanapun perang selalu membawa kehancuran. Perang menyisakan kepahitan yang sulit dipulihkan. Lantaran itu, harapan Rusia agar semua pihak menahan diri tepat dikedepankan di sini agar menjadi kenyataan, sehingga perang dapat dihindarkan. Paus Fransiskus dalam Pesan Paskah yang disampaikan di Vatikan, Minggu, juga mengharapkan tercapainya perdamaian di Semenanjung Korea.

Terkait dengan konflik itu, negara-negara yang punya pengaruh kita harapkan memanfaatkan diplomasinya untuk membuka dialog positif dengan pihak yang terkait dengan Semenanjung Korea. Kembali ke meja perundingan untuk memulai pembicaraan dalam suasana kemitraan atau persahabatan adalah modal utama untuk sampai pada tahap perdamaian.

Tanpa modal utama tersebut tentu tak mungkin tercapai suasana sejuk. Menihilkan pernyataan keras dari pihak mana pun juga amat penting. Pada akhirnya, harapan utama adalah terwujudnya perdamaian di Semenanjung Korea. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS