Pertanian Bangun Usaha Agribisnis Berdaya Saing

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

YOGYAKARTA, (Tubas) – Seminar Nasional (Semnas) Pemberdayaan Petani Melalui Inovasi Teknologi Spesifik Lokasi, di Aula Sekolah Tinggi Teknologi Pertanian (STTP) Yogyakarta, Selasa (25/10), dibuka Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Seminar yang berlangsung mulai 24 hingga 26 Oktober tersebut sebagai ajang pertukaran pengalaman dan informasi antar peneliti di lembaga penelitian dan perguruan tinggi, antar peneliti dengan penyuluh, penentu kebijakkan dan pengguna teknologi.

Di dalam seminar yang juga dimaksudkan sebagai media pengenalan dan promosi beberapa teknologi yang layak dikembangkan dengan harapan para pelaku usaha dapat menangkap teknologi guna kesejahteraan masyarakat terutama di wilayah pedesaan tersebut mempresentasikan sekitar 180 makalah. Sebanyak 60 makalah diantaranya dipresentasikan secara perorangan.

Gubernur Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam kesempatan itu menyatakan,  tujuan pembangunan pertanian membangun sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.

Karena itu, menurutnya, salah satu faktor penting mewujudkan tujuan tersebut  diterapkannya inovasi teknologi spesifikasi lokasi yang bermutu pada setiap sub sistim agribisnis oleh petani.

“Kendati terkadang teknologi yang sangat strategis dalam menekan informasi input menjadi ouput baik itu sub sistim yang menentukan keunggulan kompetitif produk-produk petani, dimana dalam hal ini Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) diberikan mandat untuk merekayasa inovasi tekonologi yang spesifik tersebut. Tetapi nyatanya sumber teknologi utama penyuluh pertanian bukan lagi institusi penelitian pemerintah, dan sumber teknologi utama petani juga bukan lagi penyuluh pertanian,” tegasnya.

Dikatakannya, temuan itu sejalan dengan belum adanya kontribusi signifikan dari hasil penelitian yang menunjukkan bisa mengatasi berbagai persoalan besar pembangunan pertanian di Indonesia.  Hasil pengamatan pihak  eksternal menunjukkan, kecepatan di tingkat pemanfaatan informasi yang dihasilkan pada bidang pertanian cenderung melambat, bahkan menurun.

“Selain itu ada indikasi bahwa strategi paska pengkajian tidak diformulasikan secara cerdas di lapangan, karena pengkaji kurang berminat mengamati feedback dari petani atas penerapan teknologi tersebut,” jelasnya lagi. (s eka ardhana)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS