Perubahan Tata Laksana Adat Tak Kurangi Makna 2

Loading

Oleh: Apul D Maharadja
tulisan ke dua (habis)

Ilustrasi

Ilustrasi

HAL yang hampir sama diutarakan oleh dua pembicara lain, Ardian Situmorang dan Tumindang M Butarbutar, baik itu menyangkut penyederhanaan tata laksana adat untuk orang meninggal maupun adat perkawinan (unjuk).

Pembicara ini mengingatkan, dalam pelaksanaan adat, entah itu adat saurmatua (orangtua meninggal dengan sudah banyak cucu dari anak laki-laki dan anak perempuan) atau pesta unjuk (adat perkawinan), semuanya bergantung pada orangnya. Suhut (tuan rumah) kadang tidak mampu mengakomodir agar membuat pelaksanaan adat menjadi efisien dan sederhana. Sebab, hasuhuton lebih banyak diam dan memberikan peluang bagi para tetua adat atau wakil tuan rumah. Padahal, yang menanggung segala biaya tetaplah tuan rumah.

Pembicara berpendapat, ada yang kurang dan ada yang baik. Tidak ada yang sempurna, namun tidak pada tempatnya menyalahkan adat, karena manusialah yang bertanggung jawab dan yang melaksanakannya.

Ardian Situmorang dan Tumindang Butarbutar dalam makalah berjudul “Tata Laksana Adat dan Nilai Kekristenan” mengemukakan satu pertanyaan, “Apakah tata laksana adat dapat disederhanakan?” Menurut pembicara, sekali pun pertanyaan ini tampak sederhana, namun perlu mendapat perhatian yang serius. Sebab jawaban atas pertanyaan itu akan bersinggungan dengan inti atau pokok adat yang tidak dapat dihilangkan sama sekali.

Dengan perkataan lain, menurut kedua pembicara, dalam proses penyederhaan harus dipahami unsur-unsur apa yang tidak dapat dihilangkan. “Dari sudut tata laksana adat, menurut pengalaman kami, adat Batak dapat menampung perubahan, tidak hanya sekadar untuk menyesuaikan dengan kondisi setempat,” katanya.

Dengan menyebut contoh tata laksana adat perkawinan, terutama yang diselenggarakan di perantauan, kedua pembicara mengatakan, perubahan sudah terjadi. Tetapi, perubahan itu tidak mengurangi makna dan nilai adat itu.

Topik yang disampaikan para pembicara amat menarik bagi banyak peserta. Dalam sesi tanya-jawab banyak peserta yang mengajukan pertanyaan, terutama menyangkut tata laksana dan biaya penyelenggaraan adat yang jumlahnya besar. Sedang wakil dari kawula muda meminta agar kepada mereka diberikan pandangan yang dapat menarik minat mereka untuk terus mengikuti dan mendalami adat.

Sebelumnya, Ketua Koordinator Seminar-Diskusi Bachtiar Sitanggang, SH, mengatakan, seminar tersebut mencoba mendiskusikan bagaimana adat Batak dijalankan sesuai dengan iman dan firman Tuhan. Adat dan agama sudah begitu menyatu dalam kehidupan orang Batak sehingga penting didiskusikan. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS