Pilihlah Pemimpin yang Berbudi “Bowoleksono”

Loading

Oleh: Fauzi Azis

ilustrasi

ilustrasi

REPUBLIK ini sebentar lagi akan menyelenggarakan pemilihan umum presiden dan wakil presiden serta pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat di DPR dan DPD. Golongan tua muda, laki dan perempuan telah merasa sudah waktunya untuk mencalonkan diri menjadi pemimpin di negeri ini.

Ada pernyataan yang menarik dari ibu Megawati Soekarno Putri bahwa almarhum ayahnya Ir Soekarno sebelum diangkat menjadi Presiden RI pertama, telah menjadi pemimpin bangsa di negeri. Tidak ujuk-ujuk terpilih menjadi presiden. Barangkali maksudnya adalah jika seseorang telah pernah berhasil menjadi seorang pemimpin, maka jika hendak mencalonkan diri sebagai calon presiden, kualifikasi-nya jauh lebih baik karena sudah memiliki modal.

Anda boleh setuju dan boleh tidak dengan pendapat tersebut. Tapi pandangan tersebut mungkin ada benarnya karena tugas utama seorang presiden adalah menjalankan tugas kememimpinan, bukan tugas manajerial. Kematangan dalam cara berfikir dan bertindaknya sangat terukur, punya ciri yang berunsur kedewasan dan kebijaksanaan.

Tidak srugal-sugrul, waton suloyo dan kalau berbicara waton njeplak yang kadang-kadang membuat bingung yang dipimpin. Yang pasti jangan sampai salah kita memilih calon presiden dan wakil presiden ke depan. Nomor satu, kita boleh memilih calon presiden dan wakil presiden yang terrgolong “nistha”.

Sosok ini kalau sampai terpilih, kita semua akan menderita. Pikirannya ngeres, mata duwitan dan lebih banyak mementingkan diri sendiri, keluarga dan kroninya. Gila harta dan tahta. Hoby menyunat hak-hak rakyat dengan segala cara, antara lain hoby merekayasa aturan. Pandai bersilat lidah untuk merebut hati rakyat. Yang masuk golongan ini, sudahlah tidak usah kita pilih.

Sedapat mungkin kita memilih seorang calon presiden dan wakil presiden yang termasuk dalam golongan “madya”, syukur-syukur mendapatkan yang temasuk dalam golongan “utama”. Madya kurang lebih bercirikan bahwa dia itu adalah yang mampu memperhatikan kebutuhan rakyatnya, hidupnya sederhana dan tidak boros. Bisa bersikap adil dalam menegakkan hukum.

Tidak punya tabiat lebih mementingkan dirinya sendiri atau golongannya. Sedangkan pemimpin yang tergolong dalam kelompok “utama”, inilah yang paling idial. Dan Indonesia memang harus dinakhodai oleh sosok yang termasuk golongan “utama”. Dia berbudi bowoleksono, yang maknanya adalah mau memberikan sesuatu kepada rakyatnya ihlas lahir batin.

Tugas kepemimpinannya selalu difokuskan kepada pengabdian untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Berusaha keras untuk selalu memenuhi janji-janjinya pada saat kampanye. Dia adalah sosok yang benar-benar faham tentang makna sebuah tugas kepemimpinan,yakni bahwa semua pemimpin akan dimintai pertanggung jawabanya atas tugas kemimpinannya, baik selagi hidup maupun kelak setelah meninggal dunia.

Bagi kita di Indonesia yang sudah menjalani kehidupan demokratis selama 15 tahun, harus mendapatkan pemimpin yang masuk dalam klasifikkasi yang “utama”. Paling tidak “madya”. Kalau kita dapatkan yang “nistha” adalah sebuah pertanda bahwa negeri akan tambah karut marut dan tidak pernah akan bisa berbenah dan membangun untuk keperluan hari esok yang lebih baik.

Pokoknya kalau negeri ini dipimpin oleh yang “nistha”, rakyat harus cepat bertindak secara konstitusional untuk mencari nakhoda pengganti sebelum kapalnya tenggelam. Tapi percayalah, mudah-mudahan kita tidak salah memilih pemimpin. Kita harus tanya kiri kanan, siapa yang pantas dipilih menjadi presiden dan wakil presiden yang berbudi bowoleksono jangan melihat partainya apa. ***

CATEGORIES
TAGS