Site icon TubasMedia.com

Proyek Penambangan Pasir Ditolak Warga

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

CILACAP, (Tubas) – Proyek penambangan pasir besi ditolak warga Desa Sidaurip, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Alasan warga karena proyek tersebut di atas tanah kas desa setempat.

Tuntutan warga yang berdemo itu hanya satu yakni, menolak penambangan pasir besi di atas tanah kas desa (bengkok) seluas 60 hektare dan meminta Kepala Desa Sidaurip, Ahmad Suwarno mundur karena dinilai telah berbohong kepada warga.

Unjuk rasa kali ini merupakan buntut unjuk rasa pada Selasa (4/10), di mana warga sudah hilang kesabarannya karena selama lebih dari sembilan bulan mereka berjuang untuk memiliki kembali hak atas tanah mereka. Menurut warga bernama Kasito, tanah kas desa seluas 60 hektare kini telah digali 16 hektare. “Tanah tersebut merupakan tanah bengkok desa, dari warga untuk desa,” katanya.

Dia mengatakan, unjuk rasa hari Selasa merupakan puncak kemarahan warga, terutama ibu-ibu. Betapa tidak. Ketika ada usaha rongrongan kepada warga oleh oknum aparat, warga sampai harus berjaga-jaga hingga larut malam menjelang unjuk rasa. “Kami sampai tidur larut malam,” keluhnya.

Selanjutnya Kasito menjelaskan bahwa tanah kas desa dan merupakan bengkok perangkat desa itu sudah dijual ke investor penambang pasir besi. “Sampai sekarang sudah ditambang 16 hektare,” ujarnya.

Menurut dia, kepala desa juga telah melakukan kebohongan. Yang pada awalnya mendukung warga, kini malah berbalik mendukung penambang. Bahkan, imbuh dia, kepala desa pernah menolak kedatangan alat-alat berat seperti bego.

“Beliau pernah mengatakan, mari kita tolak bego datang di desa kita. Kalau ada apa-apa saya yang akan menghadapinya,” jelas dia menirukan ucapan kepala desa.Kasito juga menegaskan bahwa warga hanya meminta keadilan dan tanah bengkok desa digunakan semestinya.

Sementara itu, warga yang berunjuk rasa siang itu sudah siap di depan SD Negeri 3 Sidaurip. Pengunjuk rasa yang kebanyakan ibu-ibu meneriakkan yel-yel, “Tolak pasir besi! Kepala desa mudur!”

Mereka lebih bersemangat ketika beberapa wartawan dari media cetak maupun elektronik berdatangan. Bahkan, spanduk bertulisan Jaga dan Lestarikan Tanah Desa/Bengkok Pamong Desa Tidak Boleh Digali Pasir Besinya dan Kami Warga Sidaurip Menolak Pasir Besi Tanah Bengkok Harga Mati mereka bentangkan.

Karuan saja suasana menjadi panas. Ucapan tolak pasir besi dan kepala desa mundur mereka ulang-ulang dan dibarengi dengan tepuk tangan membahana. Kasito yang mendampingi warga mengatakan, lokasi penambangan saat itu menghentikan aktivitasnya untuk sementara waktu.

Ketika tubasmedia.com berada di lokasi penambangan, tampak beberapa unit bego menghentikan aktivitasnya. Beberapa tumpukan tanah yang dipisahkan dari pasir besi ada di mana-mana. Terkesan tidak teratur penumpukannya dan berpencar-pencar. Tanah tersebut merupakan pematang sawah yang masih produktif.

Beberapa pekerja tampak sibuk di beberapa lokasi. Ada juga pembatas antara tanah yang sudah digali dan belum digali. Di situlah rupanya yang dipersoalkan warga dan meminta aktivitas penambangan dihentikan karena sudah melampaui batas yang diizinkan warga.

Saat itu juga ada warga yang datang ke lokasi dan meminta mandor penggalian mematuhi batas yang telah dibuat. Mereka sempat adu mulut, namun tak berapa lama warga tersebut kembali pulang. Sementara itu, pengunjuk rasa masih setia di tempat mereka. (estanto)

Exit mobile version