Pusat Kajian Papua di UKI

Loading

Laporan : Redaksi

Universitas Kristen Indonesia

Universitas Kristen Indonesia

JAKARTA, (Tubas) – Sebagai perguruan tinggi, Universitas Kristen Indonesia (UKI) berkiprah nyata terutama mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai amanat pendirian Negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI).

Dalam semangat itu, sejak tahun 1990 UKI memberi perhatian penuh kepada daerah tertinggal, khususnya Papua yang masih jauh tertinggal dari wilayah lain. Untuk penyiapan guru, UKI telah mendidik mahasiswa-mahasiswa dari Papua bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Papua.

Hal itu dikatakan Kepala Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Pengembangan Bisnis (LPP-MPB) UKI, Ir SM Doloksaribu, M Ing pada peresmian Pusat Kajian Papua (PKP UKI), Senin (11/4), di Kampus UKI, Cawang Jakarta Timur.

Peresmian Pusat Kajian Papua tersebut ditandai dengan pemukulan tifa oleh mantan Bupati Merauke John Gluba Gebse dan Ny Annie Freddy Numberi. PKP diharapkan dapat mengambil peran lebih dari sekadar mengkaji masalah, menanggapi dan memberi alternatif solusi, tapi PKP harus harus bisa berperan sebagai fasilitator yang bersedia membuka jalan untuk hal-hal yang dinilai tertutup.

“Sebagai contoh, lewat PKP kekayaan Memberamo bisa diakses lebih luas, seperti kekayaan satwanya, kontur geografisnya, kandungan mineral di sungai-sungai, iklimnya, suku-suku dan adat budayanya serta kehidupan ekonomi dan kesehatannya,” katanya.

Untuk sementara, PKP akan bergerak di dua bidang utama, yaitu kajian sosial budaya, dan kajian pemerintahan dan politik. Bidang sosial-budaya akan meliputi kebudayaan, gender, SDM, serta agama dan masyarakat. Sedangkan bidang pemerintahan dan politik meliputi hukum dan HAM, dewan adat dan pemerintahan, politik dan Otsus Papua, kajian perdamaian dan lingkungan hidup.

Rektor UKI, Ir Maruli Gultom pernah mengatakan, masyarakat Papua yang tertinggal, serba kekurangan dan jauh dari segala kemajuan, sudah tidak mau lagi bersikap diam, dan menunggu perubahan. Dalam perjalanan ke beberapa daerah, Maruli Gultom menyaksikan sendiri kemiskinan di tengah kekayaan alam dan pembangunan yang kelihatan begitu mewah. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS