Quraish Shihab: Ucapan Selamat Natal Diperbolehkan dalam Al Quran

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Pemuka agama Quraish Shihab menyebut ucapan Selamat Natal diperbolehkan dalam Al Quran.

Terkait hal itu, Kementerian Agama (Kemenag) mengembalikan kepada diri masing-masing masyarakat.

Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kementerian Agama, Kamaruddin Amin mengatakan, kalau aturan terkait ucapan Selamat Natal itu beragam.

Sebagian pihak ada yang memperbolehkan dan ada pula yang tidak membolehkannya.

“Ada yang mengatakan boleh ada yang mengatakan tidak boleh,” kata Kamaruddin, Selasa (15/12/2020).

Apabila ada yang merasa keimanannya bakal terganggu karena mengucapkan Selamat Natal, maka ia tidak perlu melakukannya.

Sebaliknya, kalau ada yang memang tidak terganggu pun tidak menjadi suatu masalah besar.

“Bagi yang merasa tidak terganggu keimanannya dengan mengucapkan Selamat Natal silahkan. Bagi yang merasa tidak nyaman dan terganggu tidak perlu mengucapkan,” ujarnya.

Kemenag sendiri lebih bersikap netral terkait pengucapan Selamat Natal.

Kamaruddin mengatakan kalau pihaknya tidak mengatur masyarakat dalam mengucapkan Selamat Natal. “Kemenag tidak mengaturnya,” tuturnya.

Sebelumnya, pemuka agama Quraish Shihab memperbolehkan pengucapan Selamat Natal bagi umat Nasrani tang merayakan Hari Natal. Asal ucapan itu tak mengubah akidah umat muslim yang mengucapkan.

“Bahkan kalau saya ingin berkata ‘Selamat Natal’ itu di Al-Qur’an ada ‘Selamat Natal’. Yang pertama mengucapkannya Isa AS, di Quran jelaskan saat lahir dia mengatakan ‘salam sejahtera bagiku pada kelahiranku’ (QS Maryam 19:23). Itu kan ‘Selamat Natal’,” terang Quraish Shihab dalam Youtube GuzZ TV berjudul ‘Hukum Mengucapkan Selamat Natal menurut Prof Quraish Shihab’ seperti dikutip Suara.com pada Senin (14/12/2020).

Quraish menambahkan, ucapan itu boleh saja dilontarkan, asal umat muslim mempercayai Isa AS sebagai Rasulullah, bukan anak Allah.

Dalam video itu, Quraish menyebut fenonema perdebatan ucapan Selamat Natal hanya terjadi di Asia Tenggara.

“Kita hidup damai. Saya tidak sependapat dengan yang melarang. Terlalu sempit pikirannya. Boleh berkelompok tapi jangan berkelahi dan berselisih,” ujar dirinya.

“Allah mau kita berbeda, tapi dia tidak mau kita bertengkar. Kalau Allah mau kita sama, Quran tidak bisa mengandung penafsiran yang berbeda-beda. Semua bisa benar, semua bisa salah,” lanjutnya. (sabar)

 

 

CATEGORIES
TAGS