Re-migrasi Terjadi Seiring Kemajuan Teknologi Informasi dan Infrastruktur

Loading

images.jpggggggggggggg

Oleh: Fauzi Aziz

 

SALAH satu media cetak nasional, Senen,18 Juli 2016 dan Selasa,19 Juli 2016 mengusung tema fenomena pembangunan yang menyoroti ada trend baru terjadinya mudik permanen dari kalangan muda berbakat dan berpengetahuan kembali ke daerah asal dengan membawa misi mulia, yakni membangun daerahnya.

Ini terjadi atas kesadaran mereka masing-masing sebagai putra daerah. Apa yang ada di benaknya, pasti banyak hal yang dapat digali dan mengapa baru belakangan ini mereka menjadi terbuka pikirannya untuk mudik permanen dengan satu tekad, memberikan kontribusi bagi kemajuan daerahnya.

Penulis mencoba share atas fenomena tersebut. Pertama, desentralisasi dan otonomi daerah dengan segala plus minusnya telah membuka peluang bagi siapa saja untuk melakukan kapitalisasi aset daerah secara maksimal.

Azas bottom-up, emansipasi dan partisipasi memberikan tempat tersendiri bagi mereka yang bisa memahaminya secara positif dan konstruktif tentang konsep desentralisasi dan otonomi daerah dalam perspektif sosial, ekonomi dan budaya. Kesadaran yang positif ini sangat membanggakan ketika muncul dari kalangan muda yang telah menguasai iptek di berbagai bidang.

Mereka terpanggil dengan satu semangat, bahwa kemajuan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi harus dimulai dari daerah. Kedua, dalam dimensi pembangunan, isu ketimpangan antar daerah, antar sektor dan antar kelompok pendapatan hanya bisa diselesaikan secara bertahap jika ada tokoh perubahan yang mau berkeringat menjadi mesin penggerak perubahan dan kemajuan bagi daerah.

Konsep pembangunan secara inklusif memang paling tepat dilaksanakan pada dewasa ini dengan melibatkan secara aktif dan produktif seluruh komponen masyarakat, ketika sumber dana pembangunan yang berasal dari APBN/APBD jumlahnya makin terbatas. Hadirnya anak-anak muda yang akan ikut aktif berpartisipasi membangun daerahnya harus disambut positif  para kepala daerah untuk dijadikan mitra kerja membenahi pelaksanaan pembangunan di daerah mereka. Fenomena mudik permanen oleh anak muda dapat dipandang sebagai jasa kepeloporan membawa misi kebangkitan daerah.

Langkah awal yang baik ini pasti akan diikuti generasi muda yang lain dan boleh jadi akan terjadi exodus re-migrasi intelektual, dimana mereka hadir untuk membumikan iptek yang dikuasainya untuk mengubah wajah daerah yang konsumtif menjadi produktif, mengubah wajah daerah yang kumuh menjadi yang serba eco friendly dan menghidupkan kembali desa yang sunyi menjadi desa yang gemah ripah penuh berkah tanpa harus merusak lingkungan.

Ketiga, proses re-migrasi paling rasional adalah, dengan kemajuan teknologi informasi dan keberhasilan pembangunan infrastruktur fisik akan secara alamiah mengubah paradigm, kerja dan menghasilkan karya-karya besar akan menyebar ke seluruh daerah tanpa harus dilakukan dikota-kota besar. Yang perlu diberi kan catatan adalah, sektor jasa dan produksi harus berjalan seimbang karena yang melakukan re-migrasi kita harapkan tidak hanya dilakukan anak muda yang bertalenta dan menguasai iptek saja, tapi termasuk mereka para pencari kerja yang selama ini berbondong-bondong ke kota besar akibat di daerah asalnya tidak banyak lapangan kerja.

Lanskap kebijakan pembangunan daerah perlu mendapat perhatian oleh pemerintah daerah agar titik keseimbangan tersebut benar-benar terjadi, yakni sektor jasa dapat tumbuh dan sektor produksinya juga berkembang sesuai dengan sumber daya yang tersedia di daerahnya. Konsep one village on product (OVOP) perlu digerakkan kembali yang inisiasinya dapat dilakukan anak muda yang mudik membawa iptek.

Akhirnya,yang perlu digarisbawahi, pembangunan yang notabene  bermakna perubahan memerlukan sejumlah persyaratan. Antara lain perlu jasa kepeloporan, semangat kewirausahaan, iptek dan inovasi, lingkungan yang kondusif, infrastruktur teknologi, fisik dan sumber daya manusia yang memadai dan berkualitas.

Pertumbuhan ekonomi nasional adalah bersifat bottom-up karena aset produktif sebagian besar ada di daerah. Makin banyak insentif pembangunan diberikan di daerah, maka re-migrasi iptek dan inovasi serta kewirausahaan akan berlangsung mengikuti arus sesuai fenomena yang terjadi. Dalam sistem yang demokratis, penggerak dan aktor pembangunan itu adalah masyarakat.

Pemerintah pusat dan daerah hanya regulator dan memberikan pelayanan publik. Semoga dengan fenomena baru yang sedang menjadi berita hangat ini, semangatnya tidak pupus akibat  pemerintahnya tidak care.

Indonesia masih diberi Tuhan kesempatan untuk bangkit asalkan bisa diurus dengan baik. Masyarakatnya diberikan kesempatan seluas-luasnya berkontribusi secara maksimal di berbagai bidang. (penulis adalah pemerhati masalah sosial ekonomi dan industri).

CATEGORIES
TAGS