RI Butuh Entrepreneur Tangguh di Bidang Otomotif

Loading

Laporan: Redaksi

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin, Budi Darmadi

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin, Budi Darmadi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Industri mobil nasional (mobnas) di Indonesia cenderung tidak berkembang alias jalan di tempat. Berbagai merek seperti Komodo, Gea, Esemka, Tawon dan banyak merek lainnya seperti lewat begitu saja.

Apa tanggapan pihak Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam masalah ini?

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin, Budi Darmadi mengatakan, salah satu faktor penting tersebut ialah Indonesia kurang entrepreneur atau pengusaha di bidang ini. Entrepreneur disini menurut Budi mencakup beberapa aspek, diantaranya modal dan keterampilan.

“Mungkin perlu entrepreneur yang tangguh. Dalam hal ini entrepreneur tersebut bisa meng-create (menciptakan) modal, mengambil keputusan, dan faktor lainnya,” ungkap Budi saat ditemui di Kantor Kementerian Perindustrian, Rabu (16/1/2013).

Menurutnya, tidak sedikit modal untuk menjalankan sebuah bisnis otomotif. Setidaknya untuk membangun sebuah pabrik baru dibutuhkan dana sekitar Rp 1 triliun dan dalam 7-8 tahun sekali perlu dilakukan perubahan model baru.

“Industri otomotif ini perlu model baru setiap 7-8 tahun sekali dan itu dananya hingga Rp 800 miliar. Untuk ganti model aja Rp 800 miliar, nah apakah uang ini akan kembali?,” kata Budi.

Budi mengatakan, dalam hal ini banyak industri dalam negeri khususnya industri mobil nasional yang terkendala. Bukan hanya terbentur akan modal, namun juga kebanyakan dari industri tersebut tidak berani untuk melanjutkan usahanya karena takut kalah bersaing dengan industri otomotif asing yang telah berjalan.

“Mereka kalau saya tanya bilangnya belum berani. Karena harus tahu medannya dulu, kalau otomotif kan mereka (otomotif asing) sudah mulai lebih dulu,” katanya.

Ekspor Mobil

Kementerian Perindustrian juga berharap ekspor mobil tahun ini minimal akan sama dengan catatan ekspor tahun lalu yang naik cukup tinggi. Dirjen Budi Darmadi mengatakan tahun 2012 impor mobil melonjak tinggi mencapai lebih dari 200.000 unit.

“Impor mobil kan sekitar 140.000 unit completely build up (CBU) dan sekitar 80.000 completely knocked down (CKD). Tahun ini diharapkan sama dengan tahun lalu,” katanya.

Budi menilai banyak faktor yang akan mempengaruhi ekspor mobil. Selain harga, model kendaraan dan selera pasar juga berpengaruh. Adapun depresiasi mata uang rupiah yang terhadap dolar beberapa pekan ini juga dinilai dapat mendorong produsen menjual produknya ke luar negeri.

“Sepertinya sih begitu ya. Tapi ekspor kan banyak faktor, tidak bisa langsung diasumsikan akan naik kalau rupiahnya melemah,” sambung Budi.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), ekspor mobil kategori CBU tercatat sudah mencapai 160.562 unit sementara untuk CKD sebesar 93.258.

Pencapaian ini, terutama di kategori CBU naik pesat 48% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 107.932. Sementara kategori CKD naik 11,4% dari catatan sebelumnya sebesar 83.709.

Selain ekspor, penjualan mobil secara keseluruhan juga diperkirakan mengalami kontraksi atau minimal menyamai penjualan tahun ini akibat peraturan penyeragaman uang muka syariah pada pembelian mobil sebesar 30%. (sabar)

TAGS

COMMENTS