Role Model

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Fauzi Azis

Fauzi Azis

UNTUK menstimulasi suatu progam andalan yang tingkat partisipasinya dari masyarakat diharapkan tinggi untuk mensukseskan progam tersebut, para perancangnya acapkali menggunakan role model sebagai cara untuk menginspirasi, menyadarkan dan pada akhirnya masyarakat mau berpartisipasi secara langsung menjalankan progam tersebut karena dianggap akan dapat mendatangkan manfaat bagi diri, keluarga dan lingkungannya.

Role model biasanya menggunakan tokoh masyarakat yang dikenal karena kepribadiannya menarik dan ketokohannya tidak diragukan lagi oleh siapa pun. Mengajak masyarakat untuk memakai busana batik dan tenun tradisional, kita memerlukan role model sebagai icon. Mengajak hidup sehat dan bersih juga membutuhkan role model agar masyarakat selalu hidup sehat dan bersih yang selanjutnya melembaga dalam gaya hidupnya dan sekaligus menjadi pandangan hidupnya.

Role model dalam kepemimpinan sangat diperlukan karena sang pemimpin dianggap sebagai tokoh sentral dan tokoh panutan yang dapat mengayomi dan melindungi warganya. Dengan demikian, berarti role model dalam kepemimpinan paling tidak harus dapat menjadi faktor stimulan bagi dirinya dan warganya.

Para pemimpin harus menjadi role model, paling tidak dalam cara berfikir dan bertindaknya. Role model tentang akhlaknya, kejujuran serta sikap tegasnya karena dia harus menjadi suri teladan buat semuanya. Kalau pemimpin tidak mau memerankan dirinya sebagai role model, maka semestinya yang bersangkutan tidak layak menyandang gelar sebagai pemimpin. Gelar yang pantas disandangnya mungkin hanya sosok orang biasa saja.

Dengan demikian berarti sosok seorang pemimpin adalah harus menjadi manusia yang luar biasa (extraordinary person). Kemampuannya harus di atas rata-rata dari orang biasa. Karena itu, dia harus bisa memerankan dirinya menjadi role model. Hadir dan tampil ditengah-tengah warganya yang memiliki harapan besar agar pemimpinnya bisa memberikan perbaikan terhadap kesejahteraan bagi warganya, menjamin ketertiban dan keamanan lingkungan dalam arti luas.

Tanpa role modeling, kepemimpinan terasa hambar apalagi tidak bisa berbuat banyak untuk kepentingan masyarakatnya. Jika ini terjadi, lama-lama masyarakat akan muak, bosan dan bisa kehilangan kepercayaan atas kepemimpinannya. Sebagai role model, pemimpin harus lebih banyak berkarya dan berkarya secara produktif daripada banyak berbicara. Karena di pundak sang pemimpin melekat sebuah tanggungjawab untuk melakukan perubahan dan pembaharuan dalam segala aspek kehidupan warganya, masyarakatnya yang mendambakan terjadinya perbaikan dalam kehidupannya.

Kalau karya-karyanya dapat memberikan banyak solusi atas berbagai masalah yang dihadapi, pasti akan mendatangkan respect, apresiasi tanpa harus disuruh-suruh. Respect dan apresiasi hakekatnya adalah ekspresi kujujuran dan keikhlasan serta sekaligus pengakuan warga atas sukses dan keberhasilan dari pemimpinnya.

Secara emosional, penghargaan atas keberhasilan sang pemimpin hampir pasti menimbulkan pengharapan baru dari masyarakat agar pemimpinnya diberikan kesempatan lebih untuk terus melakukan perbaikan. Panjatan doa akan terus mengalun seraya memohon kepada Tuhan agar pemimpinnya diberikan kesehatan dan kekuatan dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.

Tapi andaikata tugas kepemimpinannya malah dianggap menimbulkan beban kehidupan dan makin banyak masalah yang tidak bisa diselesaikan, kepercaan masyarakat akan turun. Jadi menjadi pemimpin dan memerankan dirinya menjadi seorang role model pada era sekarang ini dan dimasa-masa mendatang, rasanya sudah seperti sekeping mata uang. Seorang role model sesuai dengan misi utamanya harus sebanyak mungkin berinteraksi dengan warganya.

Melihat secara langsung dinamika kehidupan masyarakatnya di lapangan, mengenali dengan baik dan benar berbagai problem kehidupan yang dihadapi dan menyelesaikannya satu demi satu permasalahan tersebut sehingga segala bentuk sumbatan yang terjadi menjadi lancar kembali. Esensinya berarti, seorang pemimpin yang sekaligus sosok seorang role model harus selalu memberikan contoh yang baik dan keteladanan,bagaimana dia berfikir dan bertindak.

Role modeling dalam konteks kepemimpinan harus dapat berfikir cepat, melakukan analisa dengan tepat dan bertindak cepat. Kalau tidak, momen-momen penting akan terlewatkan begitu saja. Lambat atau cepat, pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Dalam sudut pandang pikiran para ahli komunikasi, pemimpin yang sekaligus merangkap role model tidak cukup hanya mengandalkan hasilnya berupa terbangunnya image positif bagi dirinya (pencitraan), tetapi harus dibarengi dengan karya karya yang bersifat akbar, monumental dan bermanfaat bagi warganya.

Dengan demikian, image positif yang terbangun dikarenakan oleh presatasinya, bukan image yang bersifat semu dan imitasi. Akhirnya, bagi siapapun yang bercita-cita jadi seorang pemimpin di masa depan, apakah sekedar menjadi ketua RT/RW sampai menjadi pemimpin tertinggi dalam dunia pemerintahan atau bidang lain, ada syarat tambahan yang harus dipenuhi, yaitu harus bisa menjadi role model, selain karena kapabilitas dan integritasnya agar selalu memberikan keteladan secara nyata dalam bentuk tindakan dan karya besar dan agung. ***

CATEGORIES
TAGS