Site icon TubasMedia.com

Satunya Kata Dengan Perbuatan

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

KALIMAT ini menjadi harapan kita semua, karena bila suatu ucapan bisa direalisasikan dalam bentuk tindakan nyata, maka kita akan tidak masuk dalam rumpun keluarga OMDO = omong doang. Resikonya cukup merepotkan dan bisa jadi sangat mengganggu perasaan kita, apalagi sebutan itu terus berulang dan berulang.

Resiko yang paling ringan paling banter kita dicemooh dan paling berat resikonya adalah ucapan kita menjadi tidak dipercaya. Si pengucap atau si pemilik ucapan sangat boleh jadi tidak ada maksud sedikitpun untuk tidak merealisasikan ucapanya dalam bentuk tindakan nyata, kecuali hanya dilakukan oleh orang yang tidak bertanggungjawab, tukang tipu atau sebutan lain yang serba tak mengenakkan bagi yang punya ucapan.

Rasanya sebagai manusia yang beriman, berahlak mulia dan berbudi luhur pasti “takut” kalau disebut sebagai orang yang tidak bertanggung jawab atau bahkan disebut sebagai orang tukang tipu. Kenapa harus menjadi takut, karena kebanyakan orang yang beriman, berbudi luhur senantiasa selalu bisa membedakan hal yang baik dan hal yang buruk dan dianggap dapat membedakan mana yang patut dan tidak patut, mengetahui bahwa ucapan pada dasarnya janji dan janji adalah hutang.

Hutang logikanya harus dibayar dan kalau tidak, bisa disebut tukang ngemplang dan tentu sebutan ini tidak mengenakkan bagi siapapun yg sering berhutang dan tidak pernah melunasi hutang yang dilakukannya. Ucapan yg memiliki konten/substansi janji, sebaiknya direalisasikan meskipun tindakannya tidak perlu sekaligus, tapi dapat diwujudkan setahap demi setahap, jangan sampai tidak direalisasikan sama sekali karena dapat menimbulkan sakit hati bagi yang mendengarkan dan menerima janji.

Mewujudkan ucapan/janji dalam bentuk tindakan tidaklah begitu mudah apalagi kalau janji tersebut memerlukan dukungan dana yang tidak kecil, membutuhkan perencanaan yang komprehensif dan matang dan melibatkan banyak pihak untuk mewujudkannya. Oleh sebab itu, jangan sekali-kali suka mengucapkan ucapan yang mempunyai nilai janji secara sembarangan, yang dilakukannya untuk tujuan-tujuan tertentu, karena nanti bisa dapat sebutan gombal.

Berucap, berjanji bukan tindakan yang salah sebab kalau tidak pernah berucap dan berjanji, nanti dibilang “bisu” atau melakukan “gerakan puasa bicara”. Tapi memang lebih baik dan sangat mulia adalah melakukan tindakan daripada sekedar ngumbar janji. Kemuliaan di sisi kemanusiaan dan mulia di sisi Tuhan tidaklah cukup, karena kita telah berhasil merealisasikan ucapan dalam bentuk tindakan karena tindakan tersebut harus berdimensi nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Tidak ada manipulasi dan korupsi yang akhirnya nilai-nilai kemanfatan tersebut menjadi berkurang bahkan sirna.

Tanggung jawab untuk senantiasa selalu berbuat baik, bekerja jujur dengan sepenuh hati, kalau ngomong tidak sembarangan adalah menjadi tanggung jawab kita bersama, baik sebagai pribadi maupun sebagai pemimpin.

Pandangan ini tidak dimaksudkan untuk melakukan sebuah kritik, tapi hanya sekedar mengingatkan kepada kita, bahwa seseorang itu harus jujur, satunya kata degan perbuatan adalah juga sebuah nilai kejujuran yang harus selalu diupayakan. Mengubah ucapan menjadi tindakan adalah paradigma yang bersifat universal dan akan berlangsung sepanjang masa, kenapa bisa dikatakan demikian?

Jawabnya, karena kalimat mengubah ucapan menjadi tindakan adalah mempunyai nilai janji, bahkan sangat dekat dan berkorelasi dengan nilai-nilai positip yang memiliki konten edukasi sebagai sesuatu yang hidup dalam budaya masyarakat dan agama. Karena itu, sekali lagi jangan suka mengobral janji, tinggalkan kebiasaan mengobral janji kalau tidak mau disebut” tukang tipu”, “tukang bohong” dan OMDO, pasti menyesakkan dan menyakitkan. ***

Exit mobile version