Sayang Partai…Sayang Partai…

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

Ruhut Sitompul

Ruhut Sitompul

KEMBALI Ruhut Sitompul, kader Partai Demokrat yang sangat vokal itu, dengan tegas meminta (kalau tidak senang disebut mendesak) agar para kader partai binaan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang namanya sering dikait-kaitkan dengan kasus korupsi Hambalang, mengundurkan diri dari jabatannya.

Alasan Ruhut adalah kasihan partai disandera sehingga popularitas partai di mata masyarakat anjlok atau nilai jualnya semakin merosot. Kalau sayang sama partai, ya mundur sajalah, siapa-pun nama-nama yang sering disebut-sebut terlibat dalam kasus yang menggerogoti uang rakyat itu.

Ruhut memang tidak menyebut secara transparan siapa saja nama rekannya yang didesak mundur. Hanya saja di persidangan teramat sering kita dengar nama Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum bersama isterinya serta Menpora Andi Mallarangeng. Apakah nama-nama tersebut yang dimaksudkan Ruhut?

Selain itu, alasan yang diungkapkan Ruhut mendesak teman-temannya satu partai untuk mundur dari jabatannya, agak kabur memang. Dia hanya menyebut demi nama baik partai dan demi mengangkat nilai positif partai di mata masyarakat ditambah lagi dengan alasan demi Bapak SBY. Tapi belum terdengar alasannya yang menyebut demi penegakan hukum dan demi kepentingan rakyat.

Dapat dimaklumi bahwa desakan itu erat kaitannya dengan bersih-bersih partai karena sudah semakin dekat waktunya untuk ‘’menjual’’ partai kepada masyarakat untuk bisa memenangkan pemilihan presiden yang akan berlangsung tahun 2014.

Dan ini pulalah yang disebut fenomena lima tahunan. Artinya, sekali dalam lima tahun para kader partai, entah partai mana-pun itu seperti wajib hukumnya untuk memoles-moles partainya yang akan digunakan sebagai kendaraan politik merebut kepemimpinan/kekuasaan.

Tidak peduli apakah partainya selama lima tahun berjalan (usai memenangkan pemilihan presiden) berada dalam jalur positif atau tidak. Korupsi atau tidak? Yang penting dalam ajang pemilihan presiden partai bersangkutan dipoles bak sebuah barang dagangan yang dipajang dalam satu etalase sedemikian rupa moleknya agar konsumen tertarik untuk membelinya.

Tapi itulah politik. Yang abadi hanya kepentingan dan bukan tujuan seperti apa yang dikumandangkan para juru kampanye saat kempanye ‘’menjual’’ partainya kepada khalayak ramai. Setelah menang, seluruh janji kampanye dibenam di dasar laut dan lima tahun kemudian diusahakan tampil bersih dan molek.
Inilah juga yang terkandung dari desakan Ruhut. Maksudnya, jika para kader Demokrat yang koruptor itu sudah mundur dan dijebloskan dalam kurungan, maka Demokrat akan bersih dan akan laku lagi dijual.

Sah-sah aja apa yang jadi harapan Ruhut. Tapi sebenarnya yang terpenting adalah selama dalam perjalanan lima tahun kepemimpinan partai penguasa, seluruh janji kampanye harus dilakoni. Sebut saja misalnya iklan Partai Demokrat yang mengatakan “Katakan Tidak Pada Korupsi” yang dalam iklan itu dipamerkan foto Angelina Sondakh dan Anas Urbaningrum.

Faktanya, Angelian sudah dimasukkan dalam bui dengan status tersangka korupsi. Demikian juga Anas dan Andi Mallarengeng sudah terus dibidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bahkan oleh Ruhut didesak agar mereka mundur.

Tapi apalah artinya bagi masyarakat, sebuah partai hanya bersih-bersih pada saat memasuki arena pemilu dan setelah itu masa bodoh dengan kepentingan rakyat yang menjadikan partai itu menjadi pemenang.***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS