Setengah Manusia, Setengah Iblis

Loading

sabar7.jpg2

Oleh: Sabar Hutasoit

 

BAGAIKAN petir di siang hari bolong, pengakuan sekaligus pernyataan politisi dari PDI-P, Effendi Simbolon saat tampil sebagai pemberi sambutan pada Sinode Godang Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) ke-63 di Auditorium HKBP, Sipoholon, Tapanuli Utara.

Kenapa tidak. Mantan Cagub Sumatera Utara ini mengatakan mereka yang bermarkas di Senayan sana, maksudnya para anggota DPR wujudnya tidak jelas, setengah manusia setengah iblis.

Tidak hanya itu pengakuannya. Mereka katanya di DPR setiap hari harus berbohong dan kerjanya mencari dosa. Bahkan kata Effendi, jika para politisi ditanya dua kali dua berapa ? Jawabnya bukan empat. Tapi tergantung maunya si penanya, bisa tujuh dan bisa sembilan, yah terserah bapak saja…

Apa yang dikatakan Effendi sebenarnya sudah lama dirasakan masyarakat sebab para anggota dewan terhormat itu setelah terpilih dan setelah duduk di kursi empuk di Senayan, mereka umumnya lupa akan janji-janjinya ke masyarakat saat kampanye.

Sebenarnya kata-kata kampanye yang disuarakan para caleg di panggung kampanye adalah kata-kata bohong yang hanya manis di mulut. Saat kampanye mereka hanya berpikir bagaimana agar bisa duduk di kursi DPR untuk kemudian mengatur strategi mengeruk sebanyak mungkin uang demi kepentingan pribadi dan kepentingan partainya.

Jadi kendati kita sebut di atas bagaikan petir di siang hari bolong, sebenarnya tidak seperti itu maksudnya. Tapi rasanya menggelegar karena pengakuan yang tulus tersebut diungkapkannya di depan ratusan pendeta dan sinodisten.

Keberanian Effendi mengakui kebobrokan dirinya serta rekannya para politisi dan anggota dewan di DPR di tengah sidang yang sangat luhur dan terhormat itu patut juga diacungin jempol kendati tidak jelas maksud tujuan Effendi mengutarakan hal tersebut di depan para pendeta.

Yang jelas sekarang, pengakuannya yang mengatakan para politisi kerjanya setiap hari berbohong, mengejar dosa dan tidak mau mengatakan benar di atas benar, salah di atas salah, tapi tergantung si penguasa, sudah berbuah dan berakar.

Korupsi terjadi dimana-mana dan tidak tampak rasa takut pada diri para pelaku korupsi itu. Malah saat ditangkap, para koruptor itu tertawa lebar sembari mengenakan rompi tahanan KPK.  Mereka menganggap rompi itu jubah kebanggaan.

Mereka para koruptor itu tidak akan takut kepada para penegak hukum karena temannya di Senayan adalah para pembohong, pendusta, pengejar dosa dan setengah iblis setengah manusia.

Kendati dikatakan, politisi tidak bisa mengintervensi penegak hukum, itu kan di atas kertas. Faktanya, penegak hukum juga takut koq berhadapan dengan para anggota legislatif di Senayan.

Pasalnya, di negara demokrasi, kekuasaan lembaga legislasi tersebut teramat dominan walau disebut-sebut semua pihak sudah punya domain sendiri-sendiri. Itu kan hanya teori.

Buktinya, Ketua DPD, Irman Gusman yang tertangkap tangan KPK, kasusnya terima uang suap untuk mengurusi kuota gula impor. Kan aneh… DPD koq ngurus kuota gula impor.

Tapi begitulah kelakuan setan dan iblis yang kerjanya setiap hari mengejar dosa dan berbohong serta tidak mau mengatakan yang benar itu benar yang salah itu salah, tapi tergantung kemauan si penguasa saat itu. Jadi ternyata yang kita pilih saat kampanye caleg, berubah wujud jadi setengah manusia setengah iblis dan setiap hari berbohong dan mencari dosa. Berabe kan ? (penulis adalah wartawan dan pemimpin redaksi www.tubasmedia.com)

 

 

 

CATEGORIES
TAGS