Soal Penghapusan Mobil Tua: Ahok Jangan Samakan Jakarta dengan Singapura

Loading

Oleh : Anthon P. Sinaga

mobil-tua

RENCANA Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk menghapuskan mobil tua di Jakarta, termasuk ambisi berlebihan. Pembatasan usia kendaraan pribadi saat ini, mengundang keresahan. Jakarta jangan langsung disamakan dengan Singapura. Pembatasan usia kendaraan yang bisa operasi di sana, dilakukan sejalan dengan modernisasi sistem transportasi, serta penyediaan alat angkut alternatif yang nyaman, lancar, cukup dan memadai.

Di Jakarta, sistem transportasi berupa pengenalan angkutan andalan bus transjakarta pun sudah 11 tahun tak kunjung beres, apalagi berbagai jenis angkutan reguler warisan Orde Lama, Orde Baru hingga Orde Reformasi yang penataannya masih dibiarkan amburadul.

Para pengusaha angkutan reguler swasta warisan lama ini, banyak yang terpaksa melakukan sistem kanibal untuk mempertahankan hidup atau kelangsungan operasional angkutannya. Padahal mereka harus diakui peranannya yang cukup berjasa membantu pemerintah melayani mobilitas penduduk selama ini. Hal inilah yang sesungguhnya perlu didahulukan penanganannya, agar lalu lintas semakin lancar.

Hingga kini belum ada penelitian bahwa mobil tua yang beroperasi di Jakarta membuat jalan macet. Umumnya pemilik mobil tua sadar akan perlunya perawatan, karena penggunaannya betul-betul untuk mendukung kehidupan keluarga. Bukan karena hobi memelihara mobil tua atau dijadikan mobil antik, sehingga pantas dikenai pajak tinggi, seperti dugaan Ahok.

Di Singapura arealnya terbatas sehingga menuntut pemerintahnya membatasi mobil yang melintas harus selektif, sedangkan di Jakarta arealnya masih cukup luas hingga ke pinggiran kota, antarkota sampai antarprovinsi. Belum lagi standar hidup, peluang usaha dan tingkat etos kerja yang belum bisa disamakan dengan Singapura. Justru mobil-mobil berumur eks Singapura yang banyak masuk ke sini, lewat Batam dan pantai-pantai timur Sumatera.

Seharusnya, Ahok dan jajarannya fokuslah dulu menata sistem transportasi yang baik di Jakarta. Perlancarlah dulu koridor demi koridor pelayanan bus transjakarta. Walaupun hampir merata daerah di Jakarta membutuhkan angkutan umum yang cukup, tetapi ada baiknya beberapa koridor dulu diprioritaskan sesuai kemampuan manajemen, hingga lancar sampai mencapai standar minimum pelayanan, seperti jumlah armada yang cukup dan jarak waktu menunggu yang pasti dan lebih singkat.

Kemudian barulah diperluas ke koridor berikutnya, hingga 12 koridor bus transjakarta yang sudah ada saat ini, bisa memenuhi standar minimum pelayanan. Setelah itulah baru diperluas ke koridor 13 yang rencananya akan dibangun berupa jalan layang jalur bus transjakarta Kapten Tendean-Blok M- Ciledug, hingga bertahap lagi sampai koridor 14 dan 15 yang ditargetkan.

Angkutan massal MRT selatan-utara yang saat ini sedang dikerjakan, perlu dipercepat pembebasan lokasi dan pembangunan fasilitas pendukung yang dibutuhkan, agar segera terwujud kelancaran mobilisasi penduduk dari Lebak Bulus – Bundaran Hotel Indonesia sampai Kota – Kampung Bandan, dan sebaliknya.

Selain itu, rencana penerapan jalan berbayar elektronik (ERP) boleh segera diberlakukan, sehingga pergerakan mobil pribadi secara tidak langsung terkendali hanya untuk keperluan penting saja. Tarif parkir juga relatif sudah tergolong mahal, sehingga hal inipun membatasi mobil pribadi keluar kandang.

Sesuai rencana Kementerian Pekerjaan Umum, di Jakarta juga akan dibangun enam ruas jalan tol dalam kota. Perlu dibuat juga tarifnya mahal, sehingga jumlah kendaraan pribadi juga semakin terkendali untuk melaluinya. Semakin banyak jalan yang harus berbayar, sedikitnya akan mengurangi minat warga untuk memiliki kendaraan pribadi.

Sebenarnya, yang perlu dan mendesak dikerjakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, adalah penyediaan transportasi publik massal yang cukup, nyaman, aman, terintegrasi dengan tarif terjangkau. Lebih baik lagi kalau bisa dengan berbagai moda transportasi pilihan.

Apabila hal ini sudah tercapai, dengan sendirinya kendaraan pribadi berangsur-angsur akan berkurang, dan mobil-mobil tua akan menjadi barang inventaris yang mungkin hanya pada hari istimewa saja berkeliaran di jalan raya. Kebijakan penghapusan mobil tua di Jakarta, perlu digagalkan.***

CATEGORIES
TAGS