Sodetan Ciliwung Jangan Hanya Pindahkan Korban

Loading

Oleh: Anthon P.Sinaga

Ilustrasi

Ilustrasi

RENCANA pembuatan sodetan air sungai dari Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur (KBT), harus betul-betul dirancang dengan baik, agar jangan hanya memindahkan korban genangan dari daerah perlindungan Kanal Banjir Barat (KBB) ke daerah perlindungan KBT. Jebolnya dinding kanal di Jalan Latuharhary bukan hanya karena kelebihan air di KBB, tetapi karena perawatan dinding dan tanggul kanal yang tidak baik. Bisa saja biaya perawatan tiap tahun keluar dari anggaran belanja pembangunan, tetapi kenyataan di lapangan “menguap” dan turap-turap dinding kanal tidak pernah diperkuat. Sudah menjadi rahasia umum perilaku aparat birokrasi di Jakarta ibarat mandor kawat, yakni kerja kendor, korupsi kuat.

Berhubung istana presiden ikut menjadi korban banjir tahun ini, maka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tergugah untuk turun tangan dan memutuskan pembangunan sodetan Kali Ciliwung ke Kanal Timur (KBT) harus dilakukan tahun ini untuk mengurangi dampak banjir di kawasan Kanal Barat (KBB), termasuk korban istana presiden. Target pembangun sodetan harus sudah selesai tahun 2014, dengan biaya proyek sebesar Rp500 miliar. Sebenarnya, rencana pembangunan sodetan ini sudah lama terdengar, tetapi tak kunjung dilaksanakan karena banjir belum melanda para penentu kebijakan.

Sodetan dirancang dari Kali Ciliwung sekitar Jalan Sensus (sebelum Terminal Bus Kampung Melayu), meliwati Jalan Raya Oto Iskandar Dinata (Otista) tembus ke Jalan Otista 3 dan Jalan DI Panjaitan hingga ke batang Kali Cipinang untuk selanjutnya mengalir ke KBT. Sebenarnya KBT sendiri sudah membendung tiga arus sungai besar, yakni Kali Cipinang, Kali Buaran dan Kali Sunter. Sehingga, sodetan dari Kali Ciliwung ini akan menambah beban yang cukup besar. Apalagi, sodetan baru sepanjang 2,15 kilometer yang dirancang di bawah permukaan tanah ini, berupa dua pipa besar berdiameter 4 meter, bisa menyedot air Kali Ciliwung dengan volume yang cukup besar.

Sempurnakan Kanal Timur

Walaupun hasil proyek pembangunan Kanal Banjir Timur (KBT) sudah dioperasikan, tetapi kondisi pengerukannya belum sempurna. Proyek yang semula juga dirancang bisa berfungsi ganda sebagai penangkal banjir dan menjadi sarana transportasi air, juga tidak diwujudkan. Berbagai jembatan penyeberangan kanal tersebut hanya mengikuti tinggi permukaan tanah setempat, tanpa memperhitungkan keleluasaan alat angkutan air, atau sejenis kapal penumpang yang kelak melintas di bawahnya.

Tanah-tanah di dalam kanal, juga belum dikeruk seluruhnya. Volume kanal cenderung menurun, karena sampah-sampah juga bebas dibuang dari sungai-sungai yang dibendung maupun sepanjang kanal yang dibangun dengan biaya tahun jamak (multy years) tersebut. Dengan kondisi yang sekarang, tanpa tambahan sodetan air dari Kali Ciliwung, volume air yang mengalir di kanal timur tersebut pada masa banjir yang lalu sudah mencapai ketinggian 3 sampai 4 meter dari dasar kanal, atau hampir setengah dari ketinggian tanggul kanal. Sehingga, kalau volume air meluber dari tanggul kanal timur, maka permukiman di wilayah timur dan utara Jakarta akan terancam banjir.

Untuk itulah perlu lagi pengerukan dasar kanal timur yang lebih dalam, serta mengeluarkan semua tanah-tanah yang masih dibiarkan mengonggok di dalam akses kanal yang sekarang. Kerja proyek yang setengah-setengah sekarang ini harus sungguh-sungguh dituntaskan, jangan kasak-kusuk dan cari-cari alasan pembenaran setelah banjir besar “menampar muka” para penentu kebijakan.

Demikian pula proyek penurapan dinding-dinding kanal serta pintu-pintu air dalam sistem pengendalian air, harus betul-betul kuat secara teknis, jangan sampai ada jebol karena dibangun asal jadi. Jebolnya dinding kanal di Jalan Latuharhary, harus dijadikan cambuk pengalaman. Jadikan pembangunan Kanal Timur menjadi kebanggaan anak-anak teknik pengairan Indonesia, sehingga prioritas pertama perhatian Presiden SBY tentang pembangunan sodetan Kali Ciliwung ke kanal timur itu, tidak menjadi kenyataan memindahkan lokasi korban banjir dari wilayah barat ke kawasan timur dan kota Jakarta.

Prioritas kedua yang akan dikerjakan tahun ini, menurut Presiden SBY, adalah perbaikan aliran Kali Ciliwung. Pemerintah Pusat akan menyediakan anggaran Rp1,2 triliun untuk pembangunan fisik perbaikan aliran kali yang dikucurkan pada tahun 2013 dan 2014. “Pekerjaan ini memerlukan kerja sama semua pihak,” kata SBY usai mengadakan rapat di tenda pengungsian korban banjir di Jalan Otista, Jakarta Timur, pekan lalu. Sesungguhnya, yang paling penting lagi adalah rehabilitasi lingkungan di hulu sungai kawasan puncak. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS