Solusi Pragmatis Itu Enak Tenan, Impor Lagi

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

RABU 19 Desember 2012 di media televisi swasta ada tercetus gagasan dari salah seorang pengurus Kadin DKI yang mengusulkan agar pemerintah dapat memberikan tambahan pasokan impor daging sapi, khusus untuk DKI Jakarta. Alasannya pragmatis saja, yaitu kasus terjadinya oplosan bakso sapi-babi karena pasokan daging sapi di DKI kurang.

Kalau cukup pasokannya, bakso oplosan tidak akan terjadi lagi. Benar sih teorinya kalau pasokan dari daging lokal kurang, maka untuk menutup kekurangannya, impor dapat dilakukan. Simpel dan praktis. Padahal kalau mau ciuus dan melakukan koordinasi dengan propinsi lain misalnya Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Bali dan NTB, nyari tambahan pasokan sapi hidup dari daerah-daerah tersebut pasti bisa.

Katanya mau meningkatkan penggunaan produk lokal, tapi seleranya kok masih suka impor. Progam pengembangan ternak sapi sudah lama dilakukan, seperti di NTB dengan progam “PIJARnya”. Mana hasilnya? Padahal progam tersebut pasti didukung APBN/APBD. Sasaran dan targetnya hebat, tahun sekian akan swasembada daging sapi. Tapi hasilnya ? Maaf terpaksa masih harus impor karena alasan-alasan yang dimasuk-masukkan akal itu tadi

Akhirnya masyarakat curiga dan kesimpulannya memang banyak akal untuk sekedar bersiasat. Komoditi yang lain juga sama, misal beras, gula, garam, jagung, singkong, kedelai masih harus impor karena demand-nya lebih besar dari supply. Tapi semua komoditas itu dalam progamnya selalu dinyatakan oleh otoritas pertanian bahwa kita segera akan swasembada.

Nyatanya hanya pepesan kosong. Penyebabnya, perubahan iklim dan alasan lain yang dicari- cari. Yang ciuus donk, kan APBN dan APBD-nya sudah makin besaaar. Sudah, maunya impor, minta bebas pajak lagi. Priye to iki mas.

Yang ciuus donk. Kalau mau swasembodo kerja keras dan kerja cerdas donk. Jangan rapat dinas melulu dan jangan kebanyakan meramal. Yang penting beramal. Ilmu pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan yang telah dikuasai diamalkan, bukan hanya untuk meramal nanti yang keluar hanya “ARAM” (Angka Ramalan), bukan tambahan produksi riil.

Kalau mau swasembada, kata mendiang Pak Harto, kerjanya juga sing sembod, ojo sembrono agar apa yang kita pikirkan dan kita kerjakan hasilnya nyata dan bermanfaat bagi rakyat. Mari bangkit, agar ketahanan pangan nasional terwujud. Jangan terus berfikir pragmatis meskipun enak. Ketahanan pangan, kedaulatan pangan hanya akan tercapai dengan kerja, karya dan prestasi bukan hanya menghasilkan “ARAM”. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS