Strategi Ganda Kemenperin Hadapi MEA

Loading

IMG-20150705-WA002
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Masyarakat Ekonomi Asean yang akan mulai berlaku akhir 2015 menuntut daya saing yang kuat dari negara-negara di kawasan tersebut. Indonesia, melalui Kementerian Perindustrian mengusung dua strategi yaitu ofensif dan defensif untuk memenangi persaingan.

Strategi ofensif dilakukan dengan membangun pusat pendidikan dan pelatihan industri. Implementasi yang dilakukan berkaitan dengan penguatan sektor Industri Kecil Menengah (IKM) antara lain Pemberian insentif bagi IKM melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan.

“Selain itu, kita juga fokus pada penumbuhan wirausaha industri melalui pelatihan wirausaha baru dan bantuan start up capital,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin pada Rapat Koordinasi Nasional Bidang Kewirausahaan Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan Seminar Nasional dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan tema “Spirit Wirausaha Menuju Pelajar Berjaya” di Jakarta, Sabtu (4/7/2015).

Untuk strategi defensif, dilakukan dengan konsentrasi pada penyusunan Standar Nasional Indonesia untuk produk-produk manufaktur. Saat ini sudah tersusun 50 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor industri serta 25 Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi (TUK). Secara progresif diupayakan penambahan 15 SKKNI dan 10 LSP sektor industri setiap tahunnya, diutamakan bidang industri prioritas.

INDUSTRI KECIL MENENGAH
Menperin juga menekankan pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) yang termasuk dalam program ofensif. Antara lain dilakukan dengan memberi fasilitas akses permodalan bagi IKM melalui Kredit Usaha Rakyat, Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL), Modal Ventura dan Corporate Service of Responsibility (CSR).

Menurut data BPS, hingga tahun 2013, jumlah unit usaha IKM mencapai 3,4 juta unit dan menyerap 9,7 juta orang tenaga kerja. Angka itu bakal ditingkatkan lagi melalui percepatan pertumbuhan wira usaha.

Akselerasi itu menyasar penumbuhan wirausaha industri di daerah tertinggal dan daerah potensial, program Beasiswa Penumbuhan Wirausaha Industri yang bekerjasama dengan lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan.

Menperin juga menegaskan optimismenya terkait kinerja industri tahun ini. Ini merujuk pertumbuhan Industri non migas pada triwulan I tahun 2015 sebesar 5,21persen yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tahun 2015 yaitu sebesar 4,71 persen.

Sementara, ekspor produk industri hingga Februari tahun 2015 sebesar USD 17,57 miliar yang memberi kontribusi sebesar 69,16% dari total ekspor nasional yang sebesar USD 25,41 miliar. Sedangkan impor produk industri s.d Februari tahun 2015 sebesar USD 18,65 miliar turun sebesar 7,13 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar USD 20,08 miliar.

Total investasi yang masuk pada triwulan I pada tahun 2015 mencapai US$ 20,32 juta. Angka realisasi tersebut menurut data BKPM merupakan tertinggi sejak lima tahun terakhir. (sabar)

TAGS