Site icon TubasMedia.com

Sudah Waktunya Wisata Sumut Dibangkitkan

Loading

Oleh: Anthon P Sinaga

ilustrasi

ilustrasi

SUNGGUH mengejutkan dan kagum membaca berita bahwa Sumatera Utara akan punya Bandar Udara Wisata. Rupanya PT Angkasa Pura II telah mengalokasikan dana sebesar Rp 200 miliar untuk pengembangan Bandar Udara (Bandara) Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, yang akan dijadikan sebagai bandara wisata di Provinsi Sumatera Utara.

Selama ini memang sudah ada bandara di Silangit yang mengangkut penumpang dengan rute yang terjadwal, sekali atau dua kali seminggu ke Polonia, Medan (sekarang Kuala Namu). Bandara ini diresmikan tahun 2012, tetapi kurang bergaung, karena tidak adanya perhatian dari pihak provinsi atau Gubernur Sumatera Utara yang punya wilayah, untuk memanfaatkannya guna membangkitkan perekonomian masyarakat.

Pemimpin Sumatera Utara juga tidak kreatif mempromosikan keunggulan daerahnya, sebagai daerah tujuan wisata (DTW) yang cukup potensial. Padahal, kalau ada political will dengan negara tetangga, hanya tinggal jalin kerja sama untuk menggaet wisatawan mancanegara yang cukup meluber ke tiga DTW utama yang terdekat (Singapura, Malaysia dan Thailand) untuk datang ke Sumatera Utara.

Torang Lumbantobing, Bupati Tapanuli Utara yang punya wilayah Bandara Silangit, memang sangat mensyukuri niat PT Angkasa Pura II mengembangkan fasilitas transportasi udara ini. “Jasa pengelolaan Bandara Silangit yang ditangani PT Angkasa Pura II patut disyukuri sebagai berkah bagi daerah Tapanuli Utara,” katanya.

Menurut Torang, visi PT Angkasa Pura II menjadikan Silangit sebagai bandara wisata di Provinsi Sumatera Utara, bukan retorika semata, karena daerah Tapanuli memang cukup kaya dengan berbagai obyek wisata. Salah satu di antaranya adalah Danau Toba yang terkenal sebagai danau vulkanik terbesar di Asia Tenggara dan bahkan di dunia.

Sebenarnya, selain Danau Toba, masih banyak lagi obyek-obyek wisata sejarah, seni budaya, kekayaan hayati, obyek wisata religi, keajaiban alam, kerajinan, kuliner dll. Tidak jauh dari Bandara Silangit turun ke Muara, kemudian menyusuri tepi Danau Toba untuk sampai ke Bakara, wisatawan bisa menelusuri kampung asal Pahlawan Nasional Si Singamangaraja. Naik lagi ke Lintongnihuta terus ke Tele dan turun ke Limbong Sagala, wisatawan bisa mengunjungi kampung asal orang Batak.

Demikian pula dari Bandara Silangit ke arah barat lewat Siborongborong ke ibukota Kabupaten Tapanuli Utara, Tarutung, wisatawan bisa menikmati wisata religi, Salib Kasih. Apabila dari Siborongborong ke arah timur lewat Dolok Sanggul, Tele terus ke Sidikalang, wisatawan bisa menikmati wisata religi, Taman Rohani. Dan bila ke arah selatan dari Bandara Silangit, wisatawan akan sampai ke Soposurung, Balige, tempat makam Pahlawan Nasional Si Singamangaraja, serta kawasan Pasar Balige dengan kekhasan tempat berdagangnya, berupa bangunan ruma batak. Masih banyak lagi obyek wisata legendaris yang bisa ditawarkan untuk dinikmati wisatawan mancanegara maupun domestik, bila ditata dengan baik.

Potensi keindahan Danau Toba dan beragam budaya dan kekayaan hayati lainnya, memang kurang dipromosikan secara optimal. Karena, memang faktor jarak lewat jalan darat relatif jauh dari ibukota Provinsi Sumatera Utara, Medan, yang berjarak 250 kilometer atau harus ditempuh dalam waktu 5 sampai 6 jam.

Seperti diberitakan, Direktur Keuangan PT Angkasa Pura II, Lurensius Manurung di Silangit baru-baru ini mengatakan, dengan adanya pengembangan bandara wisata tersebut, maka terminal lama Bandara Silangit akan dijadikan terminal kargo untuk mengangkut hasil komoditi masyarakat Tapanuli yang berkualitas ekspor. Dari Tapanuli pun sebenarnya banyak komoditi ekspor hasil pertanian atau perkebunan.

Ia mengatakan, selain sebagai bandara untuk tujuan wisata dan perdagangan, tujuan adanya bandara ini adalah untuk membuka hubungan konektivitas antardaerah secara cepat. Memang, hubungan antardaerah di Sumatera Utara selama ini kebanyakan hanyalah dengan angkutan jalan darat yang relatif berjarak jauh dan hanya sebagian kecil ada alternatif kereta api. Ada juga lapangan udara perintis di Sibisa, Parapat dan Pinangsori di Sibolga, tetapi belum bisa diandalkan untuk memperlancar hubungan konektivitas antardaerah.

Obyek wisata seputar Danau Toba juga selama ini tidak bisa berkembang, karena kendala transportasi yang cukup melelahkan dari pusat transit Bandara Polonia Medan (dahulu) atau sekarang Bandara Kuala Namu atau pun dari bandar pelabuhan laut Belawan. Pembangunan jalan tol atau upaya mempersingkat perjalanan juga kurang perhatian.

Dengan adanya rencana pengembangan Bandara Silangit untuk dijadikan bandara wisata, sudah selayaknya Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan para Bupati, khususnya seputar obyek wisata Danau Toba, (Bupati Tapanuli Utara, Bupati Humbang Hasundutan, Bupati Dairi, Bupati Karo, Bupati Simalungun, Bupati Tobasa dan Bupati Samosir) segera menyusun konsep membangkitkan wisata Sumut.

Berbagai infrastruktur jalan provinsi dan kabupaten, penerangan listrik, maupun alat transportasi pendukung seperti kapal feri Muara – Pulo Samosir untuk menambah kapal feri Ajibata-Tomok, sudah harus dirancang dan dimasukkan dalam anggaran belanja pembangunan daerah. Jalan-jalan ke obyek wisata juga harus ditingkatkan mutunya, sehingga lancar tanpa hambatan. Tidak ada salahnya menggali inspirasi dan melakukan studi banding tentang pengelolaan obyek-obyek wisata di Provinsi Bali yang saat ini sedang menuju daerah otonomi khusus wisata. ***

Exit mobile version