Laporan: Redaksi

Ilustrasi
JAKARTA, (Tubas) – Para tokoh lintas agama mengajak rakyat dan semua pihak terus bekerja sama untuk mengembangkan solidaritas serta terus kreatif untuk menyelamatkan bangsa dan negara.
“Kami mengajak rakyat dan semua pihak terus bekerja sama untuk segera nebgakhiri situasi ini sesuai semangat konstitusi kita,” kata Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia Mgr Martinus Situmorang, OFM Cap ketika membacakan “Surat Terbuka Kepada Rakyat” dari para tokoh lintas agama di Tugu Proklamasi di Jakarta, Selasa (18/10).
Surat terbuka tersebut dibacakan para tokoh lintas agama secara bergantian. Dalam kegiatan itu, hadir juga para keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Selain Ketua KWI, hadir juga tokoh agama seperti mantan Ketua Umum PP Muhammadyah Syafi Maarif, tokoh NU KH Salahuddin Wahid, Ketua PGI Andreas Yewangoe dan tokoh agama Budha Biksu Sri Panyavano Mahadhera, tokoh Hindu Ida Pedande Sebali Tianyar Arimbawa, dan tokoh lain seperti Haksu ThjieTjai Ing Xeshi, Franz Magnis Suseno, SJ dan Djohan Effendy.
Andreas Yewangoe mengatakan, para tokoh lintas agama kembali menyatakan keprihatinan terhadap situasi kehidupan berbangsan dan bernegara. Bahkan keprihatinan saat ini jauh lebih mendalam dan mendasar.
Syafii Maarif prihatin dengan maraknya korupsi di negara ini. Ia mempertanyakan, sangatlah tidak mungkin presiden tidak mengetahui korupsi tersebut. Sulit dimengerti oleh rakyat jika presiden tidak tahu bagaimana menghentikannya. Akan tetapi, lanjut Syafii, fakta malah memperlihatkan sejumlah politisi sampai “menantang” Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan mengancam mogok dalam upaya mempertontonkan kekuatan mereka.
Sementara itu, Andreas Yewangoe mengatakan, sudah cukup lama presiden dan para tokoh nasional menyatakan berada di garis depan untuk memberantas korupsi. Namun korupsi politik tetap merajalela. Gurita korupsi dari hulu ke hilir melibatkan pejabat kementerian, anggota DPR, penegak hokum, partai politik dan pengusaha.
“Akibatnya semakinjelas. Sebagian besar rakyat Indonesia makin berat membayar biaya pendidikan, kesehatan dan kebutuhan pokok sehari-hari,” demikian pernyataan para tokoh lintas agama yang dibacakan Andreas Yewangoe. (apul)