Swasembada Garam Sulit Tercapai

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

ilustrasi

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Program pemerintah untuk swasembada garam 2015 sulit tercapai mengingat hingga tahun 2014 Indonesia masih mengimpor 50% kebutuhan garam nasional. Swasembada itu meliputi garam konsumsi dan garam industri.

Anggota Komisi IV DPR RI Siswono Yudohusodo mengatakan, untuk memenuhi produksi garam industri, Indonesia belum bisa memenuhinya, karena kadar NaCl-nya harus 97%. Nah, di Indonesia rata-rata di bawah 90%.

Padahal katanya, Indonesia memiliki 9 provinsi yang dijadikan sentra produksi garam. Tapi, tetap saja belum mampu memenuhi kualitas nomor 1 untuk industri. ‘’Ini tentu sangat ironis,’’ tegasnya.

Sembilan provinsi itu adalah Aceh, Jabar, Jatim, Bali, NTT, NTB, Sulteng, dan Sulsel.

Bila hanya swasembada untuk garam konsumsi, itu sudah tercapai. Siswono membandingkannya dengan Australia yang hanya punya satu wilayah sentra produksi garam, tapi kapasitas produksinya mencapai 10 juta ton dengan kadar NaCl yang tinggi.

Pemerintah Australia telah menetapkan wilayah yang ideal untuk produksi garamnya, yaitu wilayah yang curah hujannya tidak ada, pantainya landai dan tidak ada sungainya. “Jadi menurut saya, kita harus mencari wilayah- wilayah seperti di Australia itu untuk meningkatkan produksi garam,’’ katanya.

Di Indonesia, tambah Siswono, wilayah ideal untuk produksi garam adalah Madura (Jatim) dan NTT . Hanya saja akses teknologinya yang belum memadai. Sementara PT.Garam sejak dahulu tidak melakukan modernisasi produksi garam. Padahal, dahulu sempat diberi monopoli perdagangan garam dalam jangkawaktu lama.

“Harusnya PT. Garam mengembangkan kebutuhan garam yang tidak bisa diproduksirakyat, yaitu garam industri. Ironisnya, impor garam kita mencapai Rp900 miliar lebih.Hampir satu triliun rupiah,” papar Siswono. (ben)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS