Tahu Diri

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

Ilustrasi

Ilustrasi

KALIMAT singkat dan padat ini memang sangat dalam pengertiannya. Namun tidak banyak orang yang mau mengerti atau banyak yang pura-pura tidak mengerti apa arti sebenarnya dari perkataan tadi.

Sebenarnya, kalaulah semua insan di muka bumi ini mau tahu diri, bisa disimpuilkan tidak akan ada atau paling tidak akan semakin kecil persentase perseteruan antarmanusia dengan catatan asal semua pihak tahu diri tapi jangan sok tahu pula.

Adalah Ruhut Sitompul dengan tegas menyatakan kepada koleganya satu partai Anas Urbaningrum agar tahu dirilah. Secara legowo agar mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrat, partai yang didirikan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.

Ketua Partai Demokrat Ruhut Sitompul dengan tegas meminta Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum mundur dari jabatannya dengan tujuan untuk menyelamatkan partai sekaligus memberi peluang kepada para pendekar hukum untuk menegakkan keadilan.

Ruhut sudah memberi isyarat, agar Anas sebagai ‘anak’ dari SBY, tahu diri.

Mungkin Anas mengerti apa yang dikatakan Ruhut bahwa Anas sebagai ’anak’ SBY, tapi Anas tidak memahaminya. Barangkali, Anas menganggap, bahwa sebagai ‘anak’ dari seorang presiden masa ya harus mundur dan kalah melawan hukum. ‘Anak’ presiden itu kan biasanya ‘kebal’ terhadap hukum.

Barangkali kesimpulan itu yang dipakai Anas sehingga dirinya tidak mau mundur karena merasa dilindungi ‘bapaknya’ yang adalah presiden dan pemilik partai yang sedang dipimpinnya. Ini sama dengan tahu diri. Anas tahu diri kalau dia sedang ‘dilindungi’ ‘bapaknya’ yang sedang berkuasa itu.

Tidak hanya itu, barangkali tidak sedikit avonturir yang mengelilingi Anas dan mengomporinya agar tetap tenang dan teguh pada jabatannya dengan iming-iming kalau seluruh elite partai masih menyayanginya. Para avonturir itu tidak sadar bahwa yang membuat besar kecil sebuah partai buka elite, melainkan rakyat banyak.

Seharusnya, jika Anas sadar sesadar-sadarnya, sikap yang diperlihatkan Ruhut yang adalah orang kepercayaan Anas, adalah sangat positif membela Anas sekaligus mengklirkan persoalan. Sebab dengan gaya yang dilakoni Anas saat ini, membuat kasusnya mengambang.

Namun demikian di balik semuanya itu, masyarakat awam bertanya-tanya seberapa sulit rupanya menyeret seluruh nama yang terungkap di persidangan kasus wisma atelit dengan tersangka Nazaruddin, yang bekas Bendaharau Umum Partai Demokrta tersebut.

Sesuai data di banyak persidangan, para penegak hukum biasanya langsung memanggil nama yang disebut-sebut seorang tersangka saat dirinya diperiksa di persidangan. Paling tidak, nama-nama yang disebut-sebut itu dijadikan saksi untuk mengungkap tabir kasus itu.

Benar, Anas dan beberapa petinggi Partai Demokrat lainnya selalu membantah apa yang diungkap Nazaruddin di persidangan. Bahkan Anas dan kawan-kawannya menuduh Nazaruddin pembohong.

Pertanyaannya, cukupkah hanya bantahan seperti itu dijadikan alasan penegak hukum sehingga nama-nama tersebut tidak perlu lagi diseret ke persidangan. Kalau jawabannya ya, maka rumah tahanan akan kosong sebab seluruh pelaku kejahatan di muka bumi ini tidak ada satu orang-pun yang mengaku perbuatannya. Seluruhnya membantah sehingga tidak mungkin lagi ada tersangka-tersangka baru.

Namun demikian, dalam kaitan ini dituntut kepiawaian dan ketegaran pendekar hukum, apakah mereka tegar dan tidak takut kepada kekuasaan. Atau sebaliknya, mereka menunggu pesanan pihak-pihak yang sedang berada di puncak kekuasaan. Kita tunggu.***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS