Tahun 2014, Start dengan Beban Berat

Loading

Oleh: Fauzi Azis

ilustrasi

ilustrasi

MUSIBAH banjir terjadi hampir merata di seluruh wilayah tanah air. Kita harus berani mengatakan bahwa musibah banjir pasti menimbulkan dampak bagi aktivitas ekonomi. Mustahil kalau dampaknya dibilang ringan karena kondisi yang terjadi di lapangan sudah memberikan bukti bahwa semua kerusakan yang ditimbulkan, seperti yang terjadi di jalur Pantura telah mengakibatkan biaya logistik meningkat akibat dari tersumbatnya jalur distribusi antar wilayah.

Jalur Pantura Jawa rasanya baru saja rampung diperbaiki saat lebaran lalu, tapi kini sudah porak poranda. Perjalanan darat rute Jakarta – Surabaya tidak cukup ditempuh dalam 24 jam bagi angkutan barang dengan truk. Jalur ini sudah sangat padat selama ini. Tanpa diganggu banjir saja, potensi terjadinya kerusakan jalan tetap sangat besar.

Pertama, tekanan gandar/kekuatan jalan dengan kendaraan truk berat bersih lebih dari 30 ton yang lalu lalang selama 24 jam tidak seimbang lagi. Kekuatan jalan jauh lebih rendah dari kekuatan berat bersih kendaraan truk. Potensi kerusakan jalan di jalur itu menjadi bersifat laten.

Kedua, struktur tanah rata-rata labil. Jika di tahun 60-70an berkendaraan pribadi atau naik angkutan umum dari Jakarta ke Jawa atau sebaliknya, maka setelah keluar Bekasi sampai Cirebon kondisi jalannya parah. Padahal saat itu kondisi jalan belum terlalu padat dengan kendaraan yang lalu lalang.

Jika perbaikan jalan raya di Pantura hanya dengan tambal sulam, hasilnya tentu tidak maksimal karena gangguan utamanya adalah kondisi struktur tanahnya yang labil. Kondisi yang paling idial adalah jalan raya non tol dan tolnya harus sama-sama bekualitas dan menjamin kelancaran.

Pergerakan moda angkutan barang di Indonesia yang menggunakan jalan raya masih sangat tinggi, yakni 96,3%, jasa kereta api 2,17% dan angkutan laut hanya 0,78%. Jalur ganda rel KA Jakarta-Surabaya yang diharapkan selesai Pebruari 2014 diharapkan dapat menjadi solusi untuk moda angkutan barang.

Namun tidak berarti dengan moda KA akan mampu menggeser moda angkutan jalan raya dalam volume yang masif. Hal ini akan bisa terjadi jika di sekitar stasiun pemberangkatan dan stasiun tujuan atau stasiun antara sudah terdapat lapangan parkir yang luas untuk menampung bongkar muat.

Ini yang belum disiapkan sehingga volume angkutan barang melalui KA yang baru sekitar 2,17% pertumbuhannya ke depan akan tetap lambat, akibat pelayan di sekitar peron stasiun untuk bongkar muat belum cukup tersedia. Satu rangkaian KA barang dari Jakarta-Surabaya dan sebaliknya kira-kira bisa menarik lebih dari 10 rangkaian (sangat panjang sekali).

Rangkaian ini belum termasuk KA parcel yang khusus mengangkut paket kiriman. Masalah interkonektifitas antar moda menjadi penting. Menekan laju pertumbuhan ekonomi di Jawa bukan perkara mudah yang selama ini total dari PDB nasional disumbang 50% lebih dari Jawa.

Begitu pula membesarkan kue yang menjadi jatahnya wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Maluku, serta Bali dan Nusatenggara juga bukan perkara ringan. Semua sangat tergantung dari kemampuan pemerintah untuk membangun infrastruktur yang berkualitas dan jaminan interkoneksinya yang efisien dan efektif antara lintas darat, laut dan udara.

Dengan kondisi infrastruktur yang buruk,dan menjadi sangat terasa tingkat keburukannya ketika terjadi musibah banjir, longsor atau bencana alam lainnya,maka pemerintah sulit mengharapkan bahwa pada tahun 2014 ini dapat berlari kencang untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena selalu ke trade off oleh persoalan infrastruktur. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS